Liputan6.com, Padang - Bila kebanyakan pesepakbola di Indonesia "murni" berstatus sebagai pemain, tidak demikian dengan striker baru Persebaya Surabaya, Agung Supriyanto. Di antara sekian banyak pemain, Agung menjadi fenomena langka di sepakbola tanah air.
Lahir di Bumi Kartini, Jepara, 14 Juni 22 tahun silam, lewat sepakbola dia terpanggil membela negara. Tidak sekadar mencari penghidupan dari lapangan hijau, Agung merupakan anggota TNI dari matra Angkatan Darat. Kisah itu bermula ketika dia lulus Sekolah Menengah Atas (SMA). Dia mendapat tawaran mengikuti seleksi masuk TNI-AD dari jalur khusus sepakbola. Tertarik, Agung kemudian mengikuti rangkaian seleksi dari Semarang.
Advertisement
Agung terpilih bersama 15 peserta orang dari seluruh Jawa Tengah. Perjuangan lelaki berpostur 178 cm itu belum selesai. Dari Jateng dia melanjukan proses penyaringan ke Bandung, Jawa Barat. Akhirnya, Agung diterima menjadi anggota TNI-AD bersama 30 peserta dari seluruh Indonesia.
Setelah menempuh pendidikan selama 1,5 tahun, Agung kemudian bermain untuk klub PPSM Kartika Nusantara Magelang (PPSM KN). Dari situ, dia kemudian dianjurkan Danurwindo--yang kala itu menjadi pelatih di PPSM KN--mengikuti seleksi pemain Timnas U-22. Agung juga terpilih membela Garuda Muda di ajang Kualifikasi Piala Asia U-22. Di perhelatan itu, Agung membukukan 2 gol.
"Pangkat saya kini Sersan Dua. Sekarang, saya berdinas di Pusat Polisi Militer (Puspom), Jakarta," kata Agung ketika ditemui Liputan6.com di sela-sela turnamen SCM Cup 2015.
Agung bercerita bisa bermain untuk klub ISL. Selain pernah membela Persija Jepara, musim lalu Agung memperkuat Persija Jakarta dan di kompetisi ISL tahun 2015 dia berseragam Persebaya. Dia tidak memungkiri, beragam seleksi yang diikuti bersama Timnas U-23 telah mencuri perhatian klub-klub. Terlebih, di musim terakhir dengan Persijap, Agung sanggup mencetak 6 gol.
Lanjut ke halaman berikutnya---->
Sepakbola Bukan Masa Depan
Dia sendiri sadar, sepakbola bukan lahan menjanjikan untuk masa depan. Agung memutuskan menjadi prajurit tetap profesi utama. Sepakbola menjadi pekerjaan sampingan.
"Bermain sepak bola hanya sekedar hobi, menyalurkan kesenangan. Saya tidak ingin meninggalkan karier militer, karena itu untuk masa depan."
Memiliki pekerjaan ganda sebagai pemain dan abdi negara membuatnya tidak bisa sepenuhnya menuntaskan pekerjaan di kantor atau menjalankan perintah dari atasan. Beruntung, dia mendapat dispensasi dari atasan."Kalau lagi libur kompetisi, saya selalu balik ke kantor untuk laporan."
Contoh kasus, Agung sempat dilema ketika hendak memperkuat Persija pada 2013. Ketika itu dia harus meminta izin pada Ketua Umum Persija, Ferry Paulus sewaktu-waktu bisa meninggalkan tim bila ditugaskan sekolah di Pusat Pendidikan Polisi Militer (Pusdikpom) di Bandung.
Bagi Agus nilai-nilai disiplin yang ditanamkan setiap prajurit, memberikan nilai plus ketika merumput."Tentu kita punya disiplin waktu, kebersamaan, kemampuan fisik, dan kekuatan mental juga. Itu semua dapat berguna saat bertanding demi kelanjutan performa sendiri."
Citra tentara sangar ternyata tidak membuat Agung menjadi karakter yang arogan di depan rekan setimnya. Dia justru sangat mengedepankan keselarasan di dalam lapangan.
"Dalam tim tidak ada pemain junior dan senior, semua sama rata. Kami saling menghormati, di lapangan maupun di luar lapangan. Tidak ada yang memerintah satu sama lain."
Baca Juga:
Mourinho Kecewa Berat Gagal Dapatkan Gerrard
Advertisement