Liputan6.com, Prancis - Teror berdarah yang terjadi di Paris, Prancis, ternyata berdampak pada kunjungan turis di salah satu kawasan wisata populer, Menara Eiffel. Tak ada antrean orang-orang yang berwisata di tempat tersebut.
Sepekan berlalu setelah serangan di Prancis tersebut, hanya terlihat segelintir wisatawan yang berfoto-foto. Sementara satu atau dua orang lainnya meminta sketsa gambar diri oleh seniman lokal.
"Menara Eiffel begitu sepi sejak serangan itu. Hampir tidak ada orang sama sekali," kata penjual roti, Kamel Bougrab, seperti dikutip dari News.com.au, Senin ( 19/1/2015).
Pejabat pariwisata tidak bisa memberikan angka pasti dari jumlah pelancong setelah serangan. Sementara seorang juru bicara Menara Eiffel bersikeras tak ada penurunan jumlah kunjungan sejauh ini jika dibandingkan dengan Januari 2014. "Data statistik resmi belum disusun, dan situasi masih bisa berubah," kata jubir tersebut.
Pasca-teror, petugas melakukan pengamanan ekstra. Tercatat 10.500 tentara dikerahkan di seluruh penjuru negeri, termasuk 6 ribu yang bersiaga di wilayah Paris saja.
Tapi kondisi tersebut tak membuat Lucinda Bay dari Australia, membatalkan rencananya ke Paris. Walaupun terbesit sedikit kekhawatiran setelah serangan berdarah di kantor majalah Charlie Hebdo dan Supermarket Hypercacher, yang menewaskan 17 orang.
"Saya sedikit gugup, tapi saya kira ini (insiden berdarah) bisa terjadi di mana saja. Saya tidak mau hal itu menghentikan kami mengunjungi kota yang indah ini," kata wanita berusia 22 tahun itu sembari menatap Menara Eiffel.
Tak hanya di Menara Eiffel, pemandangan sepi pengunjung juga terjadi di Museum Louvre. Pihak Louvre mengatakan, kunjungan sekolah ke wilayah Paris, termasuk museum itu telah ditangguhkan Departemen Pendidikan. Karena ibukota berstatus waspada sejak pekan lalu.
Advertisement
Museum Louvre biasanya menerima kunjungan ratusan anak sekolah setiap hari. Ketiadaan mereka menggambarkan bagaimana kondisi di sana.
Kini, peningkatan keamanan oleh kepolisian dilakukan di banyak tempat. Antara lain bandara, sekolah Yahudi, dan kantor-kantor media. Polisi Prancis bersenjata lengkap patroli di jalanan. Bahkan di lokasi yang sebelumnya tak pernah dijaga ketat.
"Melihat senapan-senapan mesin besar cukup menakutkan. Tapi saya kira itu membuat Anda merasa lebih aman pada akhirnya," kata mahasiswa Australia, Mimi George. (Tnt/Sun)