Obama Minta Kongres AS Beri Kewenangan untuk Musnahkan ISIS

Obama menegaskan pihaknya bersama negara sekutu saat ini tengah berusaha keras untuk menghentikan sepak terjang ISIS.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 21 Jan 2015, 14:57 WIB
Presiden Amerika Serikat Barack Obama

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Barack Obama mendesak Kongres Amerika Serikat (AS) untuk  memberikan kewenangan penuh atau menyetujui kebijakannya dalam upaya membinasakan keberadaan kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Dalam pidato kenegaraan, Obama menegaskan pihaknya bersama negara sekutu saat ini tengah berusaha keras untuk menghentikan sepak terjang ISIS.

"Saya minta Kongres untuk meloloskan resolusi negara, untuk menunjukkan pada dunia bahwa kita semua bersatu melawan ISIS," ujar Obama, seperti dimuat Al-Arabiya, Selasa (21/1/2015).

Presiden ke-44 As itu menegaskan pihaknya selalu ada bersama para warga yang menjadi korban kekejaman ISIS. Juga termasuk korban serangan teroris di Prancis dan Pakistan beberapa waktu lalu.

"Amerika Serikat ada bersama para korban teror di seluruh dunia," ujar dia.

Saat Obama mengobarkan semangat, sejumlah anggota DPR mengacungkan pensil kuning sebagai tanda setuju atas seruan Obama tersebut. Namun demikian, belum diketahui pasti, apakah Kongres pada akhirnya menyetujui resolusi Presiden tersebut atau tidak.

"Kami akan terus memburu para teroris dan membongkar seluruh jaringan mereka," tandas Obama.

Obama sebelumnya meminta Kongres Amerika Serikat untuk menyetujui pengucuran dana sebesar US$ 3,2 miliar atau sekitar Rp 39 triliun untuk memerangi ISIS di tanah Irak dan Suriah

Sejumlah dana yang diajukan tersebut akan digunakan untuk operasi militer lanjutan, termasuk biaya pasokan amunisi baru. Duit triliunan tersebut juga dipakai untuk pelatihan tentara Irak.

Selain itu, dana tersebut juga diperuntukkan bagi sekitar 600 ahli militer yang bekerja sama dengan militer Irak dan pasukan Kurdi di Baghdad dan Arbil. Juga untuk sekitar 800 prajurit AS yang bertugas di Kedutaan Besar Amerika Serikat dan bandara di Baghdad. (Ein)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya