Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Sudan di Indonesia berencana menggelar perayaan hari kemerdekaannya di Jakarta. Perayaan yang akan digelar 23 Januari 2015 tersebut bagi mereka sangatlah penting.
Apalagi, ada kaitannya dengan hubungan baik Sudan dan Indonesia yang sudah terbina dalam waktu yang lama. Bahkan menurut Duta Besar Sudan untuk Indonesia Abdul Al Rahim Al Siddig, hubungan itu terjalin sejak seabad lalu.
"Hubungan budaya antara Sudan dan Indonesia adalah hubungan yang sudah ada sejak zaman kuno," sebut Al Rahim dalam kofrensi pers di Kedutaan Sudan, Rabu (21/1/2015).
"Ini dimulai kala Sheikh Ahmad Surkti El Anshary asal Sudan datang ke Indonesia di awal Abad ke-20 untuk tujuan dakwah," sambung dia.
Di Indonesia, tepatnya pada 1914, Shiekh Ahmad membangun sekolah dan organisasi Islam Al Irsyad. Oranisasi ini pun sampai sekarang masih aktif di bidang dakwah dan edukasi.
Lebih lanjut, hubungan RI-Sudan semakin kuat ketika PM Ismail Azhari datang dan ikut serta dalam Konfrensi Asia Afrika di Bandung 1955.
"Kehadiran PM Ismail (ke KAA) menjadi catatan penting. Karena itu tepat berlangsung satu tahun sebelum Sudan merdeka," ujar dia.
Saat ini pun, hubungan RI-Sudan terus mengalami peningkatan. Khususnya dalam 22 tahun terakhir. "Dalam 22 tahun ini banyak peningkatan dan relasi bilateral yang sudah dicapai, Sudan membuka kedutaanya di Jakarta pada 1992 dan Indonesia juga telah membuka di Khartoum pada 1995," jelas dia.
Dalam pernyataan penutupnya, Al Rahim mengucapkan terima kasih besar pada pemerintah dan rakyat Indonesia. Hal ini disebabkan RI di sejumlah forum regional dan internasional selalu menjukkan dukungannya atas kedaulatan, persatuan, dan stabilitas di Sudan.
"Posisi Pemerintah Indonesia selalu jelas, mereka selalu menentang segala bentuk intervensi asing kepada Sudan," tandas dia. (Ein)
Advertisement