Liputan6.com, Jakarta - Misteri penyebab kecelakaan maut di Arteri, Pondok Indah, Jakarta Selatan sedikit terkuak. Polisi menetapkan Christopher Daniel Sjarief pengemudi Outlander maut sebagai tersangka. Dia terlibat dalam kecelakaan maut yang menewaskan 4 pengendara motor.
Kejadian bermula saat Christopher menumpang mobil Mitsubishi Outlander milik rekannya, Muhammad Ali pada Selasa malam 20 Januari 2015. Pada awalnya, mobil itu dilajukan sopir Ali, Sandi dengan biasa saja. Namun di tengah jalan, Muhammad Ali turun di daerah Mayestik, Jakarta Selatan.
Outlander pun langsung melesat. Sandi yang mengemudikan mobil jenis sport tersebut juga turun setelah berseteru dengan Christopher. Ketika Sandi turun dari mobil, Christopher sigap mengambil alih kemudi dan langsung tancap gas. Dia pun kehilangan kendali dan menabrak 6 sepeda motor serta 2 mobil. 4 Orang tewas di lokasi kejadian dan 3 orang luka-luka.
Polisi langsung melakukan test urine terhadap Christopher. Hasilnya, pria yang tengah menempuh pendidikan di Amerika Serikat itu dinyatakan mengonsumsi narkotika jenis Lysergic diethylamide (LSD).
"Yang bersangkutan positif menggunakan narkoba jenis LSD, jenis asam lisergat dietilamida," ujar Kasat Lantas Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Sutimin di Mapolrestro Jakarta Selatan, Rabu 21 Januari 2015.
Untuk mengetahui detail insiden Pondok Indah, polisi menggelar olah TKP pada Rabu 21 Januari 2015 dengan menghadirkan Sandi. Kemudian, olah TKP kedua juga rencananya digelar pada Kamis 22 Januari 2015.
Sutimin menyatakan dalam olah TKP ini, pihaknya akan menganalisis kecepatan Mitsubishi Outlander dengan alat yang disebut Traffic Accident Analysis System (TAAS).
Efek LSD
Menurut Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) Sumirat Dwiyanto, jenis narkoba LSD tersebut adalah narkotika yang termasuk golongan I. Setidaknya, ada 4 efek yang ditimbulkan LSD bila dikonsumsi.
Advertisement
Pertama, beber Sumirat, LSD memiliki sifat halusinogen. "Halusinogen itu bisa mengakibatkan halusinasi. Sifat halusinasi adalah terjadinya disorientasi ruang dan waktu. Dia tida bisa membedakan mana ruang dan waktu, siang, atau sore," kata Sumirat saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (22/1/2015).
Kedua, zat yang terkandung dalam LSD juga mengakibatkan disorientasi jarak. Sehingga pengguna tidak bisa mengenal jauh atau dekat. Hal ini diduga penyebab Christopher menabrak dan menewaskan 4 pengendara motor.
Ketiga, lanjut Sumirat, pengguna LSD juga akan mengalami mispersepi panca indera. Panca inderanya tidak akan berguna maksimal.
"Jadi melihat bisa berbeda dengan apa yang dilihat orang lain. Orang lain melihat nenek-nenek. Tapi karena mispersepsi penglihatan, dia melihatnya orang gadis cantik," jelas Sumirat.
Keempat, sambung dia, bahaya dari penggunaan narkotika berjenis LSD tersebut ialah mispersepi pada pendengaran. Seperti dalam kasus kecelakaan model Novi Amelia yang telinganya merasa selalu ada yang membisiki.
"Mendengar sesuatu yang sebenarnya dia nggak tahu. Novi Amelia merasa dibisiki, ada orang yang seolah-olah mengajak keluar. Karena pengaruh zat itu, dia tidak bisa membedakan waktu, sehingga dia keluar mengenakan celana dalam tanpa adanya perasaan malu," ucap dia.
Sumirat menambahkan, berdasarkan temuan BNN, jenis narkotika LSD ini berbentuk kertas. Kertasnya lebih tebal dari jenis HVS. Dalam satu bungkus, berisi sekitar 400 potong.
"Dalam kertas itu ada garis-garis penunjuk untuk digunting. Dan nanti digunting berukuran 20x20 cm. Nanti kertas itu ditaruh di lidah. Lalu diemut dan akan bereaksi setelah 30-60 menit," ungkap Sumirat.
Bahkan, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Martinus Sitompul menyatakan jika LSD bisa membuat penggunanya menjadi seorang pembalap. "Christopher merasa dirinya seorang pembalap akibat efek dari LSD. Narkoba itu cukup mahal untuk 1x1 cm harganya mencapai Rp 350 ribu," tukas Martinus. (Ali)