Curhat Ketum PGRI Saat Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Datang

Di depan Wakil Ketua MPR di acara Konfrensi Kerja Nasional II PGRI 2015, Sulistio menyampaikan curahan hatinya.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 24 Jan 2015, 10:31 WIB
Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta Odang (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Padang - Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang menghadiri acara Konfrensi Kerja Nasional (‎Konkernas) II persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tahun 2015, di Inna Muara, Kota Padang, Jumat 23 Januari malam. Pria yang akrab disapa Oso itu tiba di lokasi sekitar pukul 20.25 WIB, langsung disambut oleh Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Sulistio beserta jajarannya.

Dalam sambutannya di depan Oso, Sulistio curhat mengenai tunjangan dan kesejahteraan guru yang hingga kini masih belum maksimal, terlebih bagi para guru honorer. Ia berharap dengan hadirnya wakil ketua MPR itu bisa menyampaikan kepada pemerintah terkait persoalan tersebut.

"Guru-guru swasta honorer perlu memperoleh perlindungan, yang mengajar penuh waktu beban mengajarnya penuh dan prestasinya baik, agar memperoleh subsidi dari APBN. Guru-guru honorer juga yang rekrutmen, status kepegawaiannya dan kesejahteraannya tidak jelas, guru-guru ini mohon dimuliakan," beber Sulistio.

"Pak Oso ini salah satu orang yang dekat dengan Presiden Jokowi, sekiranya bisa menyampaikan hal ini," sambung dia.

Bahkan Sulsitio menuturkan, dalam Konkernas yang akan digelar dari tanggal 23 hingga 26 Januari tersebut akan membahas isu-isu permasalahan bangsa yang sedang ramai.

"Banyak persoalan bangsa yang perlu diperhatikan, yaitu implementasi revolusi mental, krisis kepribadian, merosotnya kepribadian, merosotnya kewibaan negara, penegakan hukum dan strategi menghadapi MEA akan kita bahas dan diskusikan di Konkernas ini," beber dia.

Selain itu, S‎ulistio mengatakan, PGRI juga akan membahas soal Kurikulum 2013 yang kini dihentikan oleh pemerintahan Presiden Jokowi. Padahal, ia menambahkan, ketika pihaknya memberi masukan terkait Kurikulum 2013 pada zaman pemerintahan Presiden SBY, pihaknya tak pernah mendapat respon.

"PGRI menyesalkan kebijakan Kemendikbud yang lalu, kami memberi masukan beberapa kali agar persiapan pergantian kurikulum dilakukan dengan baik tapi tidak didengar. Ternyata perubahan kurikulum tetap sangat mendadak, terburu-buru.‎ Tapi kami juga prihatin, baru diimplementasikan dalam 1 smester itu diberhenitkan dan menimbulkan kegelisahan," papar dia.

Untuk itu, Sulistio berharap, pemerintah saat ini agar kebijakan yang diambil kelak sunggguh-sungguh memperhatikan kepentinga siswa dan guru. "Kita berharap orang tua dan murid juga tidak bertambah bebannya," tandas Sulistio. (Tnt)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya