Liputan6.com, Jakarta Dia disebut Rosie the Riveter, sosok perempuan yang menjadi ikon budaya feminis dan kekuatan ekonomi perempuan terutama di Amerika. Rosie the Riveter menjadi representasi dari perempuan-perempuan Amerika Serikat yang harus bekerja selama Perang Dunia II. Para perempuan ini bekerja di pabrik produksi amunisi dan kebutuhan perang lainnya. Hal tersebut dikarenakan para pria yang harus bertempur di medan perang sehingga kemudian para perempuan harus menggantikan tugas laki-laki untuk bekerja.
Advertisement
Perang Dunia II bukan hanya menuntut para pemuda-pemuda untuk turun ke medan perang tetapi menuntut kontribusi semua pihak. Di waktu itu, Rosie mengatakan kepada para perempuan bahwa perempuan bisa melakukan apapun kemudian Rosie mengatur dan memotivasi agar para perempuan mau keluar rumah dan bekerja di pabrik untuk membantu upaya perang tersebut. Lebih dari 310.000 perempuan bekerja di industri penerbangan Amerika Serikat kemudian ketika itu dan memenuhi 65% kebutuhan perang. Propaganda Rosie the Riveter terus bergulir dan bahkan tidak berhenti hingga dewasa ini.
Rosie the riveter menjadi sebuah gerakan sosial bagi kaum feminis dengan menunjukan kekuatan ekonomi yang juga mereka miliki tidak kalah dengan laki-laki. Sekali keran kesempatan perempuan untuk bekerja dan berkarya di ruang publik dibuka maka selamanya tidak akan tertutup kembali. Meskipun begitu apakah benar-benar Rosie the Riveter itu nyata? tidak pernah dibuktikan. Hal yang pasti adalah posternya menjadi salah satu poster melegenda sejak Perang Dunia II dengan semboyan "We Can Do It!".