Buya Syafii: KPK Dilumpuhkan, Indonesia Gali Kubur Sendiri

Syafii Maarif mengajak para penegak hukum untuk bebas dari korupsi.

oleh Yanuar H diperbarui 26 Jan 2015, 10:41 WIB
Tokoh Muhammadiyah Syafii Maarif. (Liputan6.com/Fathi Mahmud)

Liputan6.com, Yogyakarta - Tak hanya di Jakarta, dukungan terhadap KPK juga mengalir dari warga dan akademisi Muhammadiyah se-Indonesia. Mereka melakukan aksi menyatakan sikap mendukung lembaga antirasuah di Yogyakarta.

Dalam aksi tersebut, tokoh Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii tampak hadir. Pria yang juga diajak masuk dalam tim 7 menangani perseteruan KPK-Polri ini menyatakan dukungannya terhadap kedua institusi penegak hukum untuk bebas dari korupsi.

"Kita di sini untuk membela konstitusi institusi dari penegak hukum, baik KPK maupun Polri harus bebas dari korupsi," ujar Buya Syafii di Kampus UMY, Yogyakarta, Senin (26/1/2015).

Buya Syafii menambahkan pemberantasan korupsi harus didukung seluruh elemen masyarakat. Perseteruan KPK vs Polri dinilainya sebagai bagian dari upaya pelemahan KPK secara sistematis.

"Sudah lama bangsa ini disandera oleh gerakan hitam ini. Anda lihat ada usaha sistematis melumpuhkan KPK. Ini tidak boleh terjadi. Jika itu terjadi, Indonesia sedang menggali kuburan masa depan," ujarnya.

Tak hanya mendukung KPK, Buya Syafii juga mengajak masyarakat untuk cinta pada Polri yang mendukung kepada kebaikan. Sebab dalam tubuh Polri juga ada yang mendukung hal yang benar.

"Saya harap kita harus konsisten membela yang baik. Kalau KPK salah kita kritik. Polisi juga harus membersihkan dirinya. Ingat pernyataan mantan Wakapolri Komjen Oegroseno mengatakan penangkapan BW (Bambang Widjojanto) tidak sah. Saya senang polisi yang seperti itu. Oegroseno ada dalam tim yang dibentuk untuk (menangani perseteruan) KPK-Polri," ujar Buya Syafii.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya membentuk tim independen berisikan 7 tokoh nasional yang kompeten di bidangnya masing-masing untuk menangani perseteruan KPK-Polri. Mereka adalah mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, mantan Wakil KPK Erry Riyana Hardjapamekas, mantan Plt Ketua KPK Tumpak Hatorangan Panggabean, mantan Wakapolri Komjen Pol Oegroseno, guru besar hubungan internasional Hikmahanto Juwono, dan tokoh Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif.

Disebutkan pula, pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar masuk dalam tim yang belum dilantik tersebut.

Perseteruan KPK-Polri mencuat setelah Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto ditangkap Bareskrim Polri. Dia disangka mengarahkan saksi untuk memberikan keterangan palsu terkait sengketa Pilda Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, pada 2010.

Sebelum penangkapan Bambang, KPK telah menetapkan Komjen Pol Budi Gunawan sebagai tersangka. Budi yang menjadi calon Kapolri disangkakan terkait dugaan rekening mencurigakan. Dengan status itu, Budi yang telah lolos fit and propert test di DPR kini ditunda pelantikannya oleh Presiden Jokowi. (Ali/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya