Liputan6.com, Jakarta - Head ASEAN Macro Research Standard Chartered Bank, Edward Lee optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi Asia meski dibayang-bayangi tekanan dari perekonomian China. Namun, India disebut-sebut bakal menggeser posisi China sebagai penopang pertumbuhan ekonomi di Asia pada tahun ini.
"Ekonomi di Asia seperti Jimbaran sunset, nggak terlalu panas. Tapi masih ada awan abu-abu dengan iklim yang hangat," ucap dia saat Seminar Global Research Briefing di Hotel JW Marriot, Jakarta, Senin (26/1/2015).
Lee memprediksi pertumbuhan ekonomi Asia pada tahun ini berkisar 6,4 persen sampai 6,5 persen. Lanjutnya, perusahaan atau negara lain jangan berharap ekonomi China akan bertumbuh doubel digit seperti tahun-tahun sebelumnya.
Di akhir 2015, Lee meramalkan pertumbuhan ekonomi China melorot ke 7,1 persen atau melorot dari realisasi tahun lalu 7,4 persen. Dan makin lesu di tahun depan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi 7 persen.
"Perlambatan ekonomi itu yang diinginkan pemerintah China untuk menyeimbangkan ekonominya yang sudah overheating. Ini suatu hal yang harus diterima untuk perusahaan maupun negara yang berharap ekonomi China tumbuh dobel digit," papar dia.
Lee menjelaskan, pertumbuhan ekonomi di Asia selama ini ditopang China. Namun kini akan mulai digeser oleh India. Negeri Mahatma Gandhi ini mengalami reformasi besar-besaran sehingga menarik investor untuk menanamkan modalnya di India.
"Dengan pemerintahan baru, ada paradigma baru datang, bangun di India dan jual ke seluruh dunia. Mereka memulainya dengan rencana besar di sektor industri manufaktur. Ini yang menjadi daya tarik. Ekonominya akan bertahan di level 6,3 persen dan India akan menjadi pemain terbaik di Asia pada 2015," imbuh Lee. (Fik/Ndw)
Advertisement