Orang Semarang Mulai Minati Apartemen

Para pembeli apartemen memang tak hanya dari Semarang, namun juga dari kota-kota lain Demak, Pati, dan Kudus, Magelang dan Salatiga.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 27 Jan 2015, 17:33 WIB
Paltrow City, Hunian terpadu yang dikembangkan di kawasan Tembalang, Semarang atas.

Liputan6.com, Semarang - Pertumbuhan apartemen di Semarang dalam beberapa tahun terakhir meningkat pesat. Data dari Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah menunjukkan bahwa pertumbuhan apartemen di Semarang karena memang minat masyarakat cukup tinggi.

ketua DPD REI Jawa Tengah, Prijanto menjelaskan, penjualan apartemen di Semarang selalu melebihi ekpekstasi. Salah satu faktor pendorongnya adanya migrasi orang-orang dari luar Jawa Tengah yang memilih kota Semarang sebagai salah satu tempat tinggal. Ini artinya Semarang dianggap, sebagai kota yang nyaman dan aman untuk ditinggali," kata Prijanto, Selasa (27/1/2015).

Pernyataan Prijanto diamini oleh Suka Adhi Satya, salah satu developer yang mengembangkan Paltrow City di kawasan Tembalang, Semarang. Mengembangkan hunian vertikal di sekitar kampus Universitas Diponegoro, Adhi mengaku penjualannya melebihi ekspektasi.

"Banyak orang khususnya dari luar daerah yang memilih Semarang karena dianggap jauh lebih nyaman. Baik dari sisi lingkungan, lalu lintas maupun kemanan," kata Suka Adhi Satya.

Paltrow City yang dikembangkan Adhi memang menjadi incaran banyak orang karena lokasinya masih bisa berkembang. Kebutuhan hunian para mahasiswa baru yang tumbuh sekitar 18 ribu per tahun, dianggap sebagai potensi investasi.

Adhi tak menampik adanya orang yang memiliki apartemen hanya untuk investasi atau rumah kedua. "Ada sebagian orang yang menganggap apartemen merupakan investasi jangka panjang yang tepat, tetapi ada juga yang membeli lantas dijual kembali dalam waktu yang singkat," katanya.

Saat ini di Semarang memang sedang dikembangkan hunian vertikal. Khususnya yang berada di perkotaan karena harga tanah yang sangat tinggi, dan tidak memungkinkan menjual rumah tapak.

Para pembeli apartemen memang tak hanya dari Semarang, namun juga dari kota-kota lain Demak, Pati, dan Kudus, Magelang, Salatiga bahkan juga warga Jakarta. Tingginya animo masyarakat ini merupakan indikator bahwa situasi ekonomi tak terlalu buruk, apalagi apartemen merupakan properti yang harganya tidak murah.

"Kami sendiri mengusahakan bahwa satu unitnya kita lepas seharga rumah tapak, jadi tak terlalu tinggi untuk hunian sekelas apartemen," kata Adhi. (Edhie Prayitno Ige/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya