Liputan6.com, Sydney - Perempuan yang ditawan dalam teror berdarah dalam penyanderaan di sebuah kafe di Sydney, Australia, 16 Desember 2014 lalu, ternyata tewas akibat pecahan peluru yang ditembakkan polisi saat melumpuhkan si penyandera. Hal itu terungkap dalam hari pertama pemaparan hasil penyelidikan peristiwa tersebut, Kamis waktu setempat.
Dalam sidang pemaparan penyelidikan teror Sdyney yang digelar di Pengadilan Negara Bagian New South Wales, Katrina Dawson diketahui tewas akibat pecahan peluru yang ditembakkan polisi.
"Dawson terkena enam fragmen peluru polisi atau peluru yang memantul dari permukaan keras ke tubuhnya," ujar pengacara yang membantu penyidik, Jeremy Gormly seperti dikutip dari BBC, Kamis (29/1/2015).
Advertisement
"Saya tidak akan menceritakan secara detail bagaimana luka yang dialami Dawson. Salah satu fragmen melanda pembuluh darah utama. Dia kehilangan kesadaran dengan cepat dan meninggal tak lama setelah itu," beber Gormly dalam persidangan yang dihadiri beberapa sandera selamat yang menangis sedih.
Sementara korban tewas lainnya, Tori Johnson dinyatakan tewas akibat ditembak di bagian kepala oleh si penyandera yang diidentifikasi sebagai Man Haron Monis. Pemeriksaan bertujuan untuk menetapkan bagaimana para sandera dan penayndera mati. Lalu memperkirakan apakah kematian mereka bisa dihindari.
Kejadian bermula ketika Monis menyeruak Kafe Lindt pada pagi hari, 15 Desember 2014 lalu. Saat itu, terdapat 18 orang di dalam kafe, termasuk karyawan kafe dan para pengunjung.
Penyanderaan yang berlangsung selama 16 jam tersebut berakhir ketika aparat keamanan Australia menyerbu. Sebanyak dua sandera tewas ketika polisi menyerbu kafe yang berada di Martin Place, kawasan bisnis Kota Sydney, 16 Desember 2014. Keduanya adalah manajer kafe Tori Johnson (34) dan barista bernama Katrina Dawson (38).
Adapun pelaku penyanderaan, Man Haron Monis, tewas setelah menembak dirinya sendiri.
Sejauh ini, belum diketahui keterkaitan Monis dengan jaringan milisi internasional. Dia mengklaim dirinya sebagai ulama dan meminta beberapa tawanan memajang bendera hitam bertulisan Arab di jendela kafe.
Kepala Polisi Iran Jendral Ismail Ahmadi Moghaddam mengatakan Monis dicari karena kasus penipuan. "Monis kabur ke Australia melalui Malaysia di akhir 1990-an," jelas Ismail. (Tnt/Mut)