Liputan6.com, Jakarta Kemajuan bioteknologi terus berkembang untuk mengatasi persoalan-persoalan kesehatan yang timbul dalam pencangkokan jantungmenggunakan cara-cara sebelumnya. Salah satu permasalahan yang timbul dengan pencangkokan jantung adalah penolakan masuknya benda asing oleh tubuh penerima organ tersebut.
Seorang peneliti, Dr. Doris Taylor, melakukan cara lain untuk membuat jantung pengganti dengan menggunakan sel punca (stem cell) milik penerima donor sendiri, sehingga mengurangi risiko penolakan organ oleh tubuh.
Advertisement
Cara Dr. Doris Taylor bermula dengan proses “decellularization” yang pada hakekatnya membuang sel-sel yang ada pada jantung donor hingga menyisakan struktur (bangunan) jantungya saja. Sel-sel punca penerima donor jantung kemudian disisipkan ke bangunan jantung dari donor yang telah tersisa strukturnya tersebut.
Setelah beberapa saat lamanya, sel-sel punca berkembang menjadi sel-sel jantung yang mengisi bangunan jantung yang ‘kosong’ tadi dan dikembalikan ke dalam tubuh penerima donor. Dengan demikian, tubuh pasien melihat jantung baru itu sebagai bagian dari tubuhnya sendiri dan tidak melakukan penolakan.
Mengacu kepada situs Texas Heart Institute, dalam cara pencangkokan jantung di masa lalu penolakan organ donor meniscayakan pengobatan seumur hidup untuk mengurangi risiko penolakan itu.
Namun demikian para ahli masih harus meneliti bagaimana perbedaan dampak perkembangan penelitian ini pada pria dan wanita.