Resah Apel Berbakteri, Ratusan Siswa di Bogor Makan Buah Lokal

Ratusan siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Birul Waalidain, Bogor menggelar aksi gerakan makan buah lokal.

oleh Bima Firmansyah diperbarui 29 Jan 2015, 19:57 WIB
Gerakan Makan Buah Lokal

Liputan6.com, Bogor Ratusan siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Birul Waalidain, Bogor menggelar aksi gerakan makan buah lokal. Pasalnya akhir-akhir ini masyarakat Indonesia dibuat resah dengan maraknya peredaran buah khususnya apel yang mengandung bakteri Listeria Monocytogenes.

Para siswa yang terdiri dari kelas 1 hingga kelas 6 tersebut membawa buah-buahan dari rumah masing-masing untuk dimakan bersama-sama di sekolah. Selain itu sebagian buah yang terkumpul juga akan diberikan kepada anak-anak yatim piatu.

Yoni (12), siswa kelas 6, mengatakan dirinya tidak merasa khawatir dengan adanya buah yang mengandung bakteri. Pasalnya, setiap hari ia dan keluarganya makan buah lokal. Tidak hanya itu buah-buahan tersebut dipetik langsung dari depan rumahnya.

"Di rumah ada buah rambutan, jambu, sama mangga. Jadi kalau mau makan buah tinggal petik didepan rumah," ungkapnya di SDIT Birul Waalidain, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Kamis (29/1/2015).

Ketua Yayasan Birul Waalidain, Memed Jalaludin, mengatakan, tujuan diakannya gerakan makan buah lokal ini agar para siswa gemar makan buah-buahan. Kemudian untuk para orang tua siswa juga bisa lebih selektif dalam memilih buah.

"Diutamakan lebih memilih buah lokal yang terjamin kesehatannya, terlebih maraknya peredaran buah impor yang diduga mengandung bakteri yang berbahaya bagi manusia," katanya kepada Liputan6.com.

Pihaknya juga tetap mengedepankan pentingnya makan buah bagi kesehatan dan kebugaran tubuh. Tidak hanya mesti makan buah apel saja, tapi bisa dikombinasikan dengan buah-buahan lainnya. "Bisa saja kita beralih makan buah salak, anggur, jeruk, manggis, duren atau buah naga," paparnya.

Dirinya berharap, pemerintah untuk segera menarik buah-buahan impor atau lebih ketat dalam pengawasan buah dari luar negeri. "Kemudian mengembangkan buah-buah lokal," pungkasnya.  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya