Harga Properti di Indonesia Terlalu Murah, Belum Akan Bubble

CEO Samara Dana Properti Nathalia Sunaidi menjelaskan bahwa harga properti di Indonesia sebenarnya masih terbilang sangat murah.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 30 Jan 2015, 19:21 WIB
Ilustrasi Investasi (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang Indonesia yang enggan membeli rumah karena takut menghadapi cicilan bulanan selama belasan hingga puluhan tahun. Melihat kondisi tersebut, CEO Samara Dana Properti, Nathalia Sunaidi menjelaskan bahwa harga properti di Indonesia sebenarnya masih terbilang sangat murah.

"Properti di Indonesia tak mungkin bubble karena harganya masih terlalu murah. Kita masih jauh lebih murah dibandingkan Singapura, di sana, orang sewa rumah saja sudah mengeluh karena harganya terlalu tinggi," tampik Nathalia saat berkunjung ke kantor Liputan6.com, Jumat (30/1/2015).

Dia menjelaskan, harga rumah di Singapura sudah melambung sangat tinggi. Menurutnya, kemungkinan butuh waktu sekitar 16 tahun hingga harga properti di Indonesia dapat melambung semahal harga properti di Singapura.

Nathalia juga memuji kebijakan pemerintah untuk melarang orang asing membeli rumah di Tanah Air dan hanya memperbolehkannya membeli apartemen. Pasalnya, bagi masyarakat luar negeri seperti Amerika Serikat, harga properti di Indonesia terbilang sangat murah.

"Buat mereka beli rumah di Indonesia itu bagaikan senilai penny saja. Makanya lebih baik beli apartemen, mereka cuma beli angin, tak beli tanah di Indonesia," terangnya.

Meski dengan harga murah dan kualitas sangat tinggi yang diberikannya setiap kali membangun properti, Nathalia mengaku masih mendulang banyak untung. Sebagai pengusaha peroperti, dia memang tak segan-segan mengulang proses pembangunan jika hasil proyeknya tak sesuai.

Di salah satu proyek perumahannya, Nathalia bahkan merelakan satu lahan perumahannya demi memberikan fasilitas kolam renang pada para penghuni perumahan tersebut. Artinya, Nathalia telah merelakan untung satu rumah senilai Rp 300 juta - Rp 400 juta karena lahannya digunakan untuk kolam renang.

"Tapi saya senang melakukannya, visi usaha properti saya memang memberi. Toh setelah memberi begitu banyak hal pada pembeli, saya tetap mendapat untung besar," pungkasnya.

Nathalia saat ini menentukan kelas menengah sebagai target pembeli rumahnya yang dipatok di kisaran Rp 300 juta hingga Rp 500 juta. Menurutnya, kelas menengah merupakan lapisan sangat tebal yang berada di usia produktif sehingga sangat potensial untuk menjadi konsumen bisnis propertinya. (Sis/Gdn)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya