Ciptakan 'Antrean Palsu', Pemilik Toko di Venezuela Dibui

Rakyat Venezuela saat ini sedang menghadapi minimnya pasokan bahan-bahan kebutuhan pokok seperti tepung, daging ayam, dan popok bayi.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 02 Feb 2015, 13:36 WIB
Antrean pembeli di Venezuela (Reuters)

Liputan6.com, Caracas - Aparat Venezuela memenjarakan pemilik sebuah jaringan toko atas tuduhan menciptakan 'antrean palsu' yang diduga bertujuan untuk memicu kemarahan terhadap pemerintahan sosialis. Demikian diungkap Presiden Nicolas Maduro, Minggu 1 Februari 2015 kemarin.

Rakyat Venezuela saat ini sedang menghadapi minimnya pasokan bahan-bahan kebutuhan pokok seperti tepung, daging ayam, dan popok bayi. Hal itu memicu antrean panjang, beberapa bahkan mengular hingga beberapa blok.

Sejumlah pengamat ekonomi berpendapat, kelangkaan terjadi akibat kebijakan yang salah -- pengetatan mata uang yang membatasi ketersediaan dolar untuk impor.  Sementara, produksi dalam negeri tak berhasil menutupi kekurangan itu.  

Kebijakan sosialis tersebut telah diterapkan selama 16 tahun terakhir.

Sebaliknya, Presiden Maduro menuding, kelompok elite pebisnis yang menguasai jaringan toko sedang melancarkan 'perang ekonomi' demi melengserkan pemerintahannya.

"Kemarin kami mendeteksi jaringan toko terkenal berkonspirasi, untuk membuat rakyat marah," kata Maduro di depan kerumunan pendukung yang mengenakan seragam merah dan para tentara, seperti Liputan6.com kutip dari Reuters, Senin (2/2/2015).

Foto dok. Liputan6.com


"Kami (pemerintah) datang, menormalkan penjualan, memanggil pemilik, menahan, dan memenjarakan mereka karena telah memprovokasi rakyat," tambah Maduro, mantan sopir bus yang berkuasa sejak meninggalnya Hugo Chavez.

Sang Presiden menuduh, toko-toko tersebut sengaja mengurangi jumlah kasir untuk menciptakan antrean panjang. Maduro menyebut strategi itu mirip-mirip 'taktik perang gerilya'.

Aparat juga memperkarakan sebuah jaringan apotek Farmatodo. Petinggi perusahaan farmasi tersebut telah dipanggil untuk menjalani pemeriksaan.

Sebelumnya, pihak pemerintah telah memenjarakan sejumlah pebisnis atas tuduhan menaikkan harga. Presiden Maduro juga menuduh pengusaha menimbun barang dan menyelundupkannya ke luar negeri. Terutama ke negara tetangga Columbia.

"Mereka yang menggunakan tokonya untuk menyakiti warga akan membayarnya di penjara," kata Maduro.

Venezuela merupakan negara produsen minyak di dunia yang menghadapi dampak yang cukup besar terhadap penurunan harga minyak di pasar dunia. 

Menyumbang sekitar 95 persen, minyak menjadi salah satu komoditas utama ekspor negara tersebut. Harga minyak dunia kini terus jatuh sehingga membuat Venezuela masuk negara harus menghadapi situasi ekonomi sulit. Kini pemerintah telah kehabisan dana.

Resesi ekonomi juga dialami negara ini pada Desember lalu, dengan tingkat inflasi mencapai 63,6% dalam 12 bulan pada November lalu, salah satu yang tertinggi di dunia. Di Venezuela, hanya BBM yang murah dan melimpah. (Ein/Sss)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya