Akhir Hidup Kenji Goto, Jurnalis Jepang yang Dipenggal ISIS

Video pemenggalan Kenji Goto oleh ISIS dirilis pada Sabtu 31 Januari 2015 kemarin.

oleh Nadya Isnaeni diperbarui 02 Feb 2015, 15:15 WIB
Video pemenggalan Kenji Goto oleh ISIS dirilis pada Sabtu 31 Januari 2015 kemarin. (Twitter/Michelle Shephard)

Liputan6.com, Tokyo - Jepang menangisi kepergian salah satu jurnalisnya, Kenji Goto. Nyawa Kenji diduga berakhir dalam eksekusi pemenggalan oleh kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang videonya disebar Sabtu pagi, 31 Januari 2015.

Tak ada lagi pria berkuncir dengan tawa riang nan ramah. Seperti dikutip dari laman US News, Senin (2/2/2015), untuk mengenangnya, sebuah akun Facebook (FB) 'Kenji Goto', dibuat sesaat setelah video pertama yang memuat dirinya sebagai tawanan dirilis ISIS bulan lalu. Tak perlu waktu lama, puluhan ribu tanda 'like' menyerbu akun FB-nya.

Sementara foto-foto solidaritas dari seluruh dunia bertebaran. Dalam foto-foto tersebut, orang-orang berpose sembari memegang kertas bertuliskan 'Saya adalah Kenji.'

"Kenji hidup di hati kami semua. Dalam keseharian kami. Setiap kali kamu tersenyum dengan orang-orang di sekelilingmu, kalian akan ingat senyum lebar Kenji yang diberikannya pada kita," kata seorang pembuat film yang tinggal di New York, Amerika Serikat dan pembuat laman FB tersebut, Taku Nishimae.

Kenji berusia 47 tahun ketika nyawanya berakhir. Mereka yang mengenalnya semasa hidup mengatakan, Kenji adalah pria yang lembut dan jujur.

Ayah 2 anak itu adalah reporter lepas yang telah veteran. Dia bekerja dengan sesama pembuat film dan produser TV Jepang. Karyanya terbentang di antara tsunami di timur laut Jepang hingga konflik di Sierra Leone, Afrika Barat. Banyak juga kisah tentang mereka yang rapuh: anak-anak dan orang-orang miskin.

Pada 2005, dia menulis sebuah buku tentang penderitaan anak-anak di Sierra Leone, 'Kami Ingin Kedamaian, Bukan Berlian.'

Kenji punya cara unik untuk mendekati orang-orang yang ditulis dalam kisahnya, pelukan.

"Saya ingin memeluk orang-orang. Itu adalah cara terbaik untuk bisa mendekati mereka. Dengan memeluk mereka, saya bisa berbicara dengan orang-orang, mendengar pandangan mereka, rasa sakit serta keinginan mereka," ucap Kenji semasa hidup saat menceritakan soal pekerjaannya.

ISIS mengeksekusi jurnalis Jepang, Kenji Goto setelah memberikan tenggat waktu kepada Pemerintah Negeri Sakura untuk membayar tebusan senilai Rp 2,5 triliun. Perundingan antara kedua pihak mengalami buntu lantaran ISIS juga meminta anggota Al-Qaeda yang ditahan Yordania, Sajida al-Rishawi, untuk dibebaskan.

Video pemenggalan Kenji Goto dirilis pada Sabtu 31 Januari 2015 kemarin. Dalam sebuah rekaman bertajuk 'Pesan untuk Pemerintah Jepang', algojo ISIS yang berbicara dengan aksen mirip Inggris itu mengatakan, "Mimpi buruk untuk Jepang sudah dimulai," ujar sang eksekutor. (Ndy/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya