Liputan6.com, New York - Berbagai perusahaan berlomba-lomba mencari pegawai berbakat yang biasanya dapat berkontribusi tinggi dan memiliki kinerja cemerlang. Sayangnya, banyak pegawai berbakat yang tak bertahan lama di sebuah perusahaan karena budaya kerjanya yang tidak mendukung.
Padahal, para manajer di perusahaan dapat memotivasi para pegawai berbakat dengan memberikan apresiasi dan penghargaan. Cuma seringkali terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan para manajer saat mencoba menunjukkan apresiasinya pada karyawan.
Advertisement
Konsultan Manajemen Bernard Marr mengatakan, seringkali para atasan justru membuat para karyawan merasa tidak betah dan memutuskan untuk berhenti kerja. Berikut dua alasan yang paling sering digunakan para pegawai berbakat untuk berhenti bekerja seperti dikutip dari Business Insider, Senin (2/2/2015):
1. Hanya melihat hasil kerja pegawai
Usaha dan kerja keras para karyawan seharusnya menjadi sesuatu yang sangat penting. Sayangnya banyak atasan yang justru hanya fokus pada hasil kerja pegawai seperti proyek besar yang selesai tepat waktu atau penjualannya dalam jumlah sangat tinggi.
Apresiasi pada hasil kerja semata membuat para pegawai merasa usaha kerasnya selama ini tak dihargai. Para atasan seharusnya dapat mengawasi sekaligus mengapresiasi pekerjaan para karyawan saat mereka sedang mengerjakannya.
2. Menjadikan satu pegawai bak `superstar`
Jika Anda ingin menciptakan ruang kerja yang harmonis, tunjukkan perilaku yang adil pada seluruh karyawan. Jangan menjadikan satu orang sebagai karyawan andalan dan membuat pegawai lainnya tampak tak berguna.
Memberikan motivasi dan insentif pada karyawan harus dilakukan secara hati-hati agar jangan sampai satu orang tampak lebih diuntungkan. Terlebih lagi, jika banyak pekerjaan dilakukan secara kerja tim.
Jika Anda seseorang yang merasa seperti superstar dibandingkan pegawai lain, hati-hati, karyawan berbakat lain bisa dengan mudahnya mengajukan pengunduran diri. (Sis/Nrm)