Liputan6.com, Bengkulu- Masa depan Indonesia ada di perairan dan itu harus didorong sebagai sebuah konsep pembangunan perekonomian Indonesia secara utuh.
Hal ini diungkapkan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB Prof Rokhmin Dahuri dalam dialog kemaritiman di Bengkulu (3/2/2015).
Contoh kecil dari potensi ekonomi maritim dunia yang belum dilirik Indonesia adalah jalur distribusi barang dunia yang 80 persennya melalui jalur perairan laut. Dari angka itu, 45 persen distribusi barang dunia tersebut melalui jalur pelayaran laut Indonesia.
"Potensi ini harus digarap, catatan saya, sejak 1987, setiap tahun kita harus mengeluarkan uang sebanyak US$ 15 miliar untuk sewa kapal dan angka itu semakin membengkak untuk membayar biaya jasa kemaritiman lain. Jika kita menggarap potensi ini, uang tersebut tidak akan lari kemana," ungkap Rokhmin di Bengkulu (3/2/2015).
Advertisement
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan era Presiden Abdurrahman Wahid dan Megawati ini menambahkan, data ILO itu harus direspons secara utuh. Jika ingin mengembangkan potensi maritim, jangan hanya dikembangkan secara sempit dan pincang.
Pembangunan sektor maritim itu harus serentak dimulai dari militer, perhubungan laut, teknologi kemaritiman, industri jasa maritim dan industri hulu dan hilir secara luas.
"Mari berkaca kepada Korea Selatan yang luas lautnya tidak sampai 25 persen laut Indonesia, tetapi Korea memiliki Industri galangan kapal terbesar di dunia," lanjut Rokhmin.
Indonesia memiliki potensi besar jika serius menggarap industri galangan kapal bahkan bisa mengalahkan Korea, sebab bahan baku logam, biji plastik dan perkayuan sebagai bahan utama pembuatan dan docking kapal ada di dalam negeri.
"Filosofis bangsa Romawi adalah siapa yang menguasai laut akan menguasai dunia, dan Indonesia berpeluang untuk itu," demikian Prof Rokhmin Dahuri. (Yuliardi/Ndw)