Liputan6.com, Singapore Jutaan pengunjung lokal maupun asing setiap tahunnya menyesaki dua tempat wisata ini, Jurong Bird Park dan Night Safari. Pengunjung dimanjakan dengan kecantikan burung-burung langka dan eksotis dari berbagai penjuru Asia dan juga menguji adrenalin melalui petualangan Safari Malam. Jurong Bird Park dan Night Safari berada di bawah pengelolaan Wildlife Reserves Singapore (WRS). WRS merupakan sebuah perusahaan induk dari atraksi-atraksi yang telah mengantongi penghargaan seperti Jurong Bird Park, Night Safari, Singapore Zoo dan River Safari.
Jurong Bird Park berada di kawasan 2 Jurong Hill, Singapura. Dari Irrawady Street atau sekitaran Novena dapat ditempuh dengan lama perjalanan 30 menit. Mulai beroperasi 3 Januari 1971, Jurong Bird Park menjadi rumah bagi sekira 5.000 burung dengan 400 spesies yang terbang bebas di langit area seluas 20,2 hektare itu. Memasuki kawasan Jurong Bird Park, suara burung berkaki panjang, flamingo bersahut-sahutan menarik pengunjung untuk segera melihat. Ratusan flamingo sedang berebut mencari makan di sungai dangkal.
Advertisement
Weekend, Jurong Bird Park ramai dikunjungi rombongan turis dari Korea dan China.Saat jam makan siang sekira pukul 13.00 waktu setempat, pengunjung disuguhkan pertunjukkan burung-burung parot di sebuah restoran. Lunch with Parrots Show mampu membuat mata pengunjung tak berkedip. Burung-burung cantik, seperti kakatua, beo, enggang (hornbills), toucan, menunjukkan kebolehannya. Burung beo misalnya meniru bahasa manusia, seperti `halo`, `ni hao ma`, dan sebagainya. Bahkan juga menirukan suara hewan anjing, kucing.
Kepandaian burung berhitung pun tak luput ditampilkan. Plus ia pun bergaya bak Pablo Picasso saat melukis di atas kanvas. Pengunjung yang menyaksikan terpukau dan tak henti-hentinya bertepuk tangan. Lebih dalam menyusuri Jurong Bird Park, pengunjung bisa menghabiskan waktu mengagumi keindahan burung-burung paling langka dan eksotis Asia di wahana terbaru Wings of Asia. Belum lama ini, Menteri Pembangunan Nasional Singapura meresmikan rumah burung terbesar itu.
Director Animal Presentation WRS and General Manager Jurong Bird Park, Raja Segran mengungkapkan, Menteri Keuangan Singapura Goh Kweng Swee mencetus ide pembangunan taman burung yang saat itu belum ada di dunia. "Maka kami berencana membangun satu taman burung pada 1969, jadi 1971 dibuka. Sekarang sudah banyak taman burung di dunia, tapi kami lebih dulu terkemuka dalam memelihara, mengembangkan taman burung dan mengembangbiakkan burung," terangnya.
Segran menjelaskan bahwa WRS bekerjasama dengan Bali Mynah Project atau proyek konservasi Begawan Foundation di Bali untuk mengembangbiakkan burung mynah yang hampir punah. Setelah berhasil dikembangbiakkan, burung itu dilepas ke alam bebas. "Di Wings of Asia, kami punya koleksi burung lokal Singapura dan Asia Tenggara. Wahana ini kami ganti nama dari sebelumnya Southeast Asian Birds. Semua kami beri makan, vitamin, suplemen. Khusus burung spesies khusus, kami impor makanannya," jelas Segran.
Wings of Asia & Istana Pinguin
Wings of Asia & Istana Pinguin
Di wahana Wings of Asia, ada koleksi lebih dari 500 burung mewakili 135 spesies. Tempat tinggal bagi burung Asia yang paling dikagumi, termasuk 24 spesies hampir punah seperti Jalak Bali (Leucopsar rothschildi), merpati Luzon Bleeding-heart (Gallicolumba luzonica) dan lainnya. Salah satu pertunjukkan paling memukau di Jurong Bird Park adalah High Flyers Show pada pukul 11.00 dan 15.00 waktu setempat. Super star dalam pertunjukkan itu, antara lain Pao Pao si burung beo, Zonda, Vega, Bary dan burung suami istri, Mr serta Mrs Hon. Burung-burung ini terbang rendah di atas kepala pengunjung dari atas ke bawah menuju sang pawang.
Atraksi satwa cantik ini menghipnotis pengunjung karena masing-masing burung menampilkan kemampuannya. Seperti Zonda dan Bary yang beradu kecepatan memasukkan bola, Pao Pao mengucapkan selamat ulang tahun kepada pengunjung yang merayakan hari jadi tepat pada saat pertunjukkan berlangsung. Di akhir acara, pengunjung pun bisa berfoto bersama puluhan flamingo berwarna pink dan burung lainnya. Sajian pertunjukkan lain yang menyita perhatian penonton adalah Kings of The Skies.
Burung-burung pemangsa, seperti burung hantu, elang dari Afrika, rajawali berkuku panjang, menampilkan kepiawaiannya. Pertunjukkan ini dimulai setiap hari pukul 10.00 dan 16.00 waktu setempat. Pengunjung anak-anak dan dewasa bisa memberi makan burung-burung yang terbang di alam bebas misalnya burung pelikan dan flamingo, burung kakatua, lory loft dan masih banyak lainnya. Penelusuran Jurong Bird Park berakhir di Istana Pinguin. Terdapat lebih dari 100 koleksi pinguin lucu di galeri pameran dapat disaksikan, seperti pinguin raja, pinguin berkaki dan lainnya.
"Taman burung kami ada di posisi kedua dengan jumlah spesies terbanyak sebanyak 400 spesies. Peringkat pertama Jerman yang punya 600 spesies burung. Tapi kami punya taman luas sebagai rumah terbaik bagi burung-burung," kata Segran. Menciptakan daya tarik pengunjung terhadap keberadaan burung ini, dinilai dia terasa sulit. Pasalnya, lanjut Segran, kebanyakan orang berpikir bahwa burung hanya unggas. Padahal jika dilihat lebih dekat, burung merupakan satwa menarik.
"Hambatan lain, membuat orang melihat burung lebih dalam. Bukan cuma bagus, cantik bulunya, tapi juga burung itu cerdas. Makanya kami ada edukasi ke berbagai sekolah supaya siswa mempelajari banyak hal soal burung," tutur Segran. WRS mencatatkan jumlah pengunjung Jurong Bird Park sekira 800 ribu per tahun. Sebanyak 60 persen turis asing dan 40 persen pengunjung lokal. "Pasar terbesar kami Korea dan India. Orang Korea memiliki perasaan kuat terhadap burung, bukan cuma suka tapi mereka melakukan sesuatu saat kembali ke negaranya," pungkasnya.
Jurong Bird Park
Harga tiket masuk : Dewasa S$ 25.00
Anak-anak S$ 16.00 (3-12 tahun)
Tarif tram : Dewasa S$ 5.00
Anak-anak S$ 3.00 (3-12 tahun)
Jam operasional : 8.30 sampai 18.00 waktu setempat
Advertisement
Pacu Adrenalin di Night Safari
Pacu Adrenalin di Night Safari
Hari beranjak gelap, suasana di pelataran kawasan Night Safari di jalan 80 Mandai Lake Road Singapura sudah mulai dipadati pengunjung. Wisatawan lokal, mancanegara, tua, muda, laki dan perempuan berbaur dalam sebuah petualangan berbeda di malam hari. Menyaksikan ragam satwa yang beraktivitas di kegelapan dan mengamati wajah polos beberapa hewan yang justru tidur lelap di malam hari. Namun sebelumnya, pengunjung dihibur oleh atraksi dari para penari api. Kalau di Indonesia disebut debus.
Night Safari di malam Minggu sangat ramai. Ketika itu ada beberapa rombongan siswa-siswi dari Korea yang sedang menyambangi kebun binatang malam yang beroperasi pada 26 Mei 1994 itu. Area ini baru dibuka pukul 19.30 waktu setempat, namun antrean masuk sudah mengular sejak pukul 18.00 karena tingginya antusias pengunjung. Untuk menjelajah area Night Safari seluas 35 hektar, pengunjung wajib menaiki tram gandeng yang dapat menampung banyak orang.
Ada aturan ketat bagi pengunjung Night Safari yang harus ditaati, diantaranya trem tidak akan berhenti kecuali di shelter, pengunjung dilarang memberi makan satwa dan dilarang memotret menggunakan lampu atau blitz. Perjalanan 35 menit menggunakan tram dimulai dengan melihat satwa kambing gunung, anoa, burung hantu, leopard, singa Asia Harimau Malaysia, kudanil, gajah, rusa, srigala, beruang hitam Asia, badak bercula, singa putih Afrika, banteng, tapir dan sebagainya. Jangan khawatir, pengunjung akan mendapatkan penjelasan satwa-satwa itu dari seorang guide di setiap trem.
Di sela-sela tur, pengunjung akan berpapasan dengan para penjaga yang mengarahkan pejalan kaki saat melintas. Sebab tram yang sedang berjalan tanpa lampu sehingga tidak akan mengganggu satwa. Setiap penjaga akan menyapa pengunjung yang naik tram dengan sapaan 'halo' sambil melambaikan tangan. Petualangan Safari Malam berakhir pukul 00.00 waktu setempat. Menuju waktu tengah malam, pengunjung masih bisa menikmati suasana Night Safari dengan menyaksikan satwa lain di galeri pameran semisal ular, kalajengking, laba-laba yang berada di sebuah gua buatan dengan suara gemericik dari air terjun kecil buatan.
Total, Night Safari memiliki koleksi lebih dari 2.500 satwa yang mewakili lebih dari 130 spesies. Basis pengunjung setiap tahun mencapai lebih dari 1,1 juta orang. Komposisinya 80 persen turis asing dan lokal 20 persen. "Saat pertama memulai Night Safari, kami bisa mendulang 600 sampai 1.000 pengunjung dalam semalam dan kami merasa sangat bahagia. Night Safari jadi andalan kami," tutur Director Zoology WRS, Kumar Pillai.
Night Safari
Harga tiket masuk : Dewasa S$ 39.00
Anak-anak S$ 25.00 (3-12 tahun)
Jam operasional : 19.30 sampai 00.00 waktu setempat.