Liputan6.com, Jakarta - Apel yang mengandung bakteri asal rumah pengepakan Bidart Bros, California, Amerika Serikat (AS), membuat penjualan apel secara keseluruhan menurun.
Seperti diungkapkan oleh Mulyadi (35) salah satu pedagang buah di Pasar Mampang, Jakarta Selatan. Menurut Mulyadi, sejak munculnya kabar apel berbakteri tersebut, penjualan apel jenis lain menurun hingga lebih dari 50 persen.
Advertisement
"Ada pengaruh, lakunya jadi kurang. Yang biasanya satu dus habis dalam 2 hari sampai 3 hari, sekarang sudah seminggu saja belum habis," ujar Mulyadi saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (4/1/2015).
Mulyadi menjelaskan, dirinya sendiri sebenarnya tidak pernah menjual apel jenis tersebut. Apel asal AS yang biasanya dia jual yaitu jenis Red Delicious (apel merah) dan bukan jenis Granny Smith atau Gala yang dikabarkan mengandung bakteri.
"Memang saya nggak pernah bawa yang seperti itu. Tapi biasanya di Pasar Induk Kramat Jati ada, tapi sekarang di sana juga nggak ada kayanya. Tapi kalau yang apel merah AS itu ada," kata dia.
Selain itu, sejak munculnya apel berbakteri tersebut para konsumen menjadi lebih selektif dalam membeli apel. Tidak jarang, Mulyadi harus terlebih dulu menjelaskan asal apel yang dia jual.
"Ya sejak adanya berita itu memang yang beli nanya dulu, ini apel apa, asalnya dari mana. Tapi saja jelaskan yang saya jual itu apel Fuji asal China, bukan dari Amerika," jelas dia.
Mulyadi berharap, isu apel berbakteri ini segera selesai sehingga penjualan apel bisa kembali normal. Dia juga meminta pemerintah melakukan sosialisasi terkait apel berbakteri tersebut.
"Mudah-mudahan apel itu tidak ada yang masuk ke Indonesia. Maunya sih ini cepat selesai, biar kami yang jualan juga bisa tenang," tandasnya. (Dny/Ahm)