Liputan6.com, Jambi Jambi tidak hanya dikenal akan kekayaan alamnya. Dari sinilah, perpaduan sejumlah budaya bertemu. Mulai dari budaya China, Eropa hingga Islam di masa kesultanan.
Salah satu jejak perkembangan kesultanan Jambi yang dapat Anda lihat adalah di Desa Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Seberang Kota Jambi. Jejak sejarah yang berlokasi dan dimaksud di sini adalah berupa Rumah Batu.
Advertisement
Desa Olak Kemang berada dibagian utara Kota Jambi. Desa ini dapat ditempuh hanya beberapa menit saja dari Kota Jambi dengan cara menyeberangi Sungai Batanghari. Di sini tak hanya kental dengan adat Islamnya. Namun juga berbagai jejak sejarah masuknya Islam di Sumatra dan tonggak berdirinya kesultanan Jambi.
Rumah Batu menjadi satu bangunan cukup mencolok di tengah pemukiman penduduk Desa Olak Kemang. Menurut penuturan Syarifah Aulia yang juga pengurus Rumah Batu, rumah yang dijaganya itu merupakan peninggalan seorang penyebar agama Islam di Kota Seberang pada abad ke-18 bernama Sayyid Idrus Hasan Al-Jufri yang dijuluki Pangeran Wiro Kusumo.
Ketika akan membangun rumah tersebut, Sayyid Idrus Hasan Al-Jufri mendapat banyak saran dari sahabat-sahabatnya kala itu. Termasuk dari Datuk Sintai, seorang pedagang dari negeri China. Lewat tangan Datuk Sintai itu lah rumah yang kini jadi cagar budaya kebanggaan Jambi itu berdiri.
Paduan bangunan lokal, China, Arab dan bahkan Eropa terkesan kental pada bangunan tua dua lantai itu. Terlihat relief naga di dinding bercat putih. Kemudian di sisi kanan terdapat sebuah batu berukiran singa dan bunga. Lalu di pilar bagian dalam, tampak relief bertuliskan huruf-huruf Arab.
Sementara dibagian lantai dua memperlihatkan budaya bangunan lokal Jambi dengan bahan kayu. Gaya Eropa terlihat dari tiang penyangga, bentuk teras dan tangga seluruhnya terbuat dari batu.
“Disebut Rumah Batu karena pada waktu pembangunannya, rumah ini merupakan rumah batu pertama yang dibangun di daerah seberang sini,” ujar Aulia, Rabu (4/2/2015).
Menurut Aulia, kala masih hidup, Pangeran Wiro Kusumo memiliki kedudukan yang penting pada masanya. Yakni sebagai penengah antara Kesultanan Jambi dengan Belanda. Selain itu, beliau merupakan ayah mertua dari Sultan Jambi, Sultan Thaha Syaifuddin.
Pangeran Wiro Kusumo wafat pada tahun 1902 dan dimakamkan di Desa Olak Kemang. Tepatnya di depan mesjid Al–Ikhsaniyah yang juga merupakan mesjid tertua di desa tersebut. Masjid ini juga dibangun oleh Pangeran Wiro Kusumo pada tahun 1880.
Perbaikan dan Perhatian Serius
Butuh Perbaikan dan Perhatian Serius
Meski dikenal sebagai cagar budaya Jambi, nyatanya rumah yang dibiasa disebut juga dengan ‘Rumah Rajo’ ini belum dikelola sebagai aset wisata. Padahal, lokasinya kerap dikunjungi wisatawan baik lokal maupun luar daerah.
“Rumah Batu, masjid dan makam Pangeran Wiro Kusumo sudah menjadi cagar budaya. Sudah banyak yang datang, sekedar foto-foto atau untuk foto prawedding,” beber Aulia.
Meski demikian, perawatan rumah tua ini sampai sekarang masih dilakukan seadanya oleh pihak keluarga dari keturunan Almarhum Said Idrus bin Said Hasan Al Jufri. Dimana saat ini tanggungjawab perawatannya berada di pundak Ibu Syarifah Aulia. (Bangun Santoso/Ars)
Advertisement