Liputan6.com, Amman - Aksi kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) semakin brutal. Pemerintah Yordania pun dibuat geram, mengetahui salah satu warganya yang disandera telah dieksekusi mati.
Kematian pilot bernama Moaz al-Kasasbe itu diketahui setelah beredar video pembakaran hidup-hidup tahanan militan itu.
Advertisement
Dalam sebuah video berdurasi 22 menit terlihat sosok Moaz al-Kasasbe berada di dalam kerangkeng. Kemudian seorang pria yang diduga anggota ISIS datang membawa obor dan menghidupkan sumbu panjang yang membuat kerangkeng tersebut terbakar.
Mobil traktor yang membawa puing reruntuhan bangunan kemudian mendekati kerangkeng dan menjatuhkan pecahan batu tersebut di atas jasad Moaz al-Kasasbe.
Menanggapi video tersebut, Pemerintah Yordania mengonfirmasi Moaz al-Kasasbe telah meninggal dan pihaknya akan membalas perbuatan barbar yang telah dilakukan ISIS terhadap Moaz al-Kasasbe.
"Hukuman dan pembalasan kami akan sama besarnya dengan kehilangan yang dirasakan rakyat Yordania," kata juru bicara militer Mamdouh al-Ameri dalam tayangan televisi seperti dikutip dari VOA News, Rabu (4/2/2015).
Raja Yordania, Abdullah II pun mempersingkat kunjungannya di Amerika Serikat untuk kembali ke Amman. Langkah tersebut diambil setelah beredarnya video pembakaran hidup-hidup pilot Yordania yang disandera kelompok ISIS.
Dalam pernyataan singkatnya, Raja Abdullah mengutuk pembunuhan pilot Moaz al-Kasasbe. Ia menyebut pembunuhan itu sebagai tindakan pengecut oleh kelompok yang tidak ada hubungannya dengan Islam.
"Ini merupakan teror pengecut oleh kelompok kriminal yang tidak ada hubungannya dengan Islam. Menjadi tugas semua warga untuk berdiri bersama," kata dia dalam pidato yang disiarkan di TV seperti dikutip dari BBC.
Di Amman dan beberapa kota di Yordania, warga turun ke jalan. Menuntut balas dendam.
Salah satu demonstran membawa poster. Kalimat yang tertera di sana adalah: "Mereka membakar hati kita, jadi mari kita membakar sarang mereka, juga anggota mereka yang ada di penjara."
Sementara itu di Washington DC, Amerika Serikat. Presiden Obama mengutuk apa yang dilakukan ISIS.
"Ini hanya salah satu indikasi kekejaman dan kebiadaban organisasi itu," kata Obama, yang pada Selasa malam bertemu dengan Raja Yordania, Abdullah di Ruang Oval.
Tak lama setelah protes duka warga Yordania atas meninggalnya Moaz al-Kasasbeh, pemerintah pun mengumumkan telah mengeksekusi mati 2 militan. Yang salah satunya diminta grup teroris itu untuk ditukar dengan pilot Yordania.
Juru bicara pemerintah Yordania Mohammed al-Momani mengatakan, 2 narapidana yang dieksekusi adalah Sajida al-Rishawi dan Ziad al-Karbouli.
Al-Rishawi, perempuan itu divonis mati atas keterlibatannya dalam pemboman terhadap 3 hotel di ibukota Amman pada tahun 2005 yang menewaskan puluhan orang. Sabuk bunuh diri perempuan Irak berusia 44 tahun itu tak meledak saat itu, ia pun berusaha melarikan diri, namun tertangkap.
Al Rishawi punya kaitan dengan Al Qaeda cabang Irak, cikal bakal ISIS. Sementara, Ziad Al-Karbuli adalah mantan pembantu Abu Musab al-Zarqawi, pentolan Al Qaeda di Yordania yang terbunuh 2006 lalu.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Philip Hammond yang bersua dengan Menlu RI Retno Marsudi di Jakarta pun menyampaikan rasa geramnya. Atas kematian tak layak yang dilakukan ISIS kepada pilot asal Yordania Moaz Al-Kasasbeh.
"Saya menyampaikan kemarahan atas eksekusi pilot Yordania di Irak dan Suriah oleh ISIS," sebut Hammond di Gedung Pancasila Jakarta.
Menurut Hammond, tindakan ISIS tidak bisa diacuhkan. Sebab, dunia terancam atas kehadiran kelompok radikal itu.
Mendiang Letnan Moaz al-Kasasbe ditangkap dan disandera ISIS karena pesawatnya jatuh di dekat Raqqa, Suriah, pada Desember 2014. Ketika itu ia sedang melakukan misi serangan udara pasukan koalisi pimpinan AS atas kelompok militan tersebut.
Sebelum mengeksekusi Moaz al-Kasasbe, ISIS yang mengklaim mendirikan Daulah Islamiyah secara sepihak itu juga mengeksekusi 2 warga Jepang, yakni pengusaha Haruna Yukawa dan jurnalis Kenji Goto. (Tnt/Ali)