Liputan6.com, Kampala - Suatu hari pada bulan Oktober 2014, Demeteriya Nabire masuk ke pinggiran Danau Kyoga di Uganda. Untuk mengumpulkan air. Saat itu ia asyik mengobrol bersama sesama perempuan dari desanya. Sama sekali tak menyadari bahaya mengancam.
Tiba-tiba muncul buaya. Hewan buas itu menyeretnya pergi. Setelah itu Demeteriya tak lagi diketahui keberadaannya.
Sang suami, Mubarak Batambuze sedih bukan main. Ia tak hanya kehilangan istri, tapi juga calon anaknya. Demeteriya sedang mengandung kala itu.
Mubarak merasa tak berdaya. Hingga bulan lalu, saat ia mendengar buaya yang membunuh istrinya kembali memunculkan diri.
"Seseorang memanggilku dan berkata, 'Mubarak, aku punya berita buat kamu. Buaya yang memangsa istrimu ada di sini. Kami sedang mencarinya'," kata pria 50 tahun itu seperti dimuat BBC, Rabu (4/2/2015).
Nelayan tersebut kemudian menuju danau. Ditemani sejumlah rekannya. "Buaya itu sangat besar, seperti monster. Kami mencoba melawannya menggunakan batu dan tongkat. Tak berhasil."
Lalu, Mubarak kembali ke desanya, ia mendatangi seorang pandai besi.
"Aku berkata padanya, aku sedang melawan hewan buas yang membunuh istri dan calon anakku. Aku mantap untuk balas dendam. Pada pandai besi itu aku meminta dibuatkan tombak yang bisa mematikan buaya itu," kata dia.
Si pandai besi meminta bayaran sekitar Rp 63.000. Itu uang yang besar bagi Mubarak. Namun, ia bertekad menghabisi makhluk yang merampas miliknya yang paling berharga.
"Bayangkan, buaya itu memangsa istriku. Tak bersisa. Tak ada sisa pakaian, bagian tubuh yang tertinggal. Aku tak tahu apa yang kulakukan -- istri dan anakku yang belum lahir. Duniaku serasa runtuh. Aku kehilangan segalanya."
Bersenjatakan tombak barunya itu, yang didesain khusus dengan mata kail besar di satu sisi, Mubarak siap perang.
Saat ia kembali ke danau, buaya itu masih ada di sana. Sejumlah warga menghalanginya mendekati makhluk buas itu.
"Jangan serang dia. Buaya itu sangat besar, bisa-bisa kamu akan dimangsa. Tombak tak akan sepadan untuk melawannya," kata rekan-rekannya
Namun, Mubarak kukuh. Ia tetap melawan. "Pada upaya pertama aku gagal membunuhnya," jawab dia. "Aku tak takut mati demi membunuhnya. Tetap berjuang menggunakan tombak ini dan memastikan buaya itu binasa."
Petugas margasatwa Uganda, Oswald Tumanya mengatakan, buaya yang jadi lawan Mubarak memiliki panjang lebih dari 4 meter. Bobotnya mencapai 600 kilogram.
Meski didera ketakutan, Mubarak menggunakan tombaknya yang dikombinasikan dengan tambang.
Butuh waktu 1,5 jam bagi pria itu dan para rekannya untuk bergelut sengit dengan buaya, sampai akhirnya hewan buas itu mati.
Dalam kondisi kelelahan, mereka pulang ke desa dengan menyeret bangkai musuhnya. Orang-orang yang melihat binatang pemangsa itu kaget bukan main. Itu bukan buaya biasa, besar!
Mubarak dan teman-temannya dianggap pahlawan.
Advertisement
Bangkai buaya itu lantas dibawa ke Makarere University di Kampala. Dokter hewan, Wilfred Emneku lantas memeriksanya.
Sang dokter mengatakan ia menemukan tulang tibia atau tulang kering dalam perut buaya. Namun belum dipastikan apakah itu belulang manusia.
Seorang ahli buaya di Charles Darwin University Australia, Adam Britton mengaku bakalan kaget jika ternyata benar tulang di dalam perut hewan itu berasal dari tubuh Demeteriya Nabire.
"Setelah 12 minggu...dalam kondisi normal, akan sangat mustahil sisa makanan akan bertahan di tubuhnya," kata dia.
Meski dianggap berjasa, Mubarak tetap berduka. Apalagi, ia tak akan pernah bisa memakamkan istri dan anaknya yang belum lahir. Tak akan bisa mengunjungi makam mereka.
"Saya merasa tertekan," kata dia. "Namun, penduduk desa terus mengatakan, 'Terima kasih karena membunuh buaya itu. Karena danau itulah tempat kami mengambil air, bukan tak mungkin akan ada korban lainnya'."
Kata-kata itu sedikit menghibur Mubarak. "Jadi aku dianggap pahlawan lokal. Orang-orang terus berterima kasih pada saya," kata pria tabah itu. (Ein/Ali)
Baca Juga