Pesawat Nyemplung ke Sungai, Saham TransAsia Ambruk

Saham-saham maskapai internasional asal Taiwan, TransAsia Airways terus mengalami penurunan setelah kecelakaan pesawat yang terjadi kemarin

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 05 Feb 2015, 13:55 WIB
Evakuasi korban pesawat TransAsia jatuh di sungai. (Reuters)

Liputan6.com, Taipei - Saham-saham maskapai internasional asal Taiwan, TransAsia Airways terus mengalami penurunan pada Kamis pagi ini setelah salah satu pesawatnya mengalami kecelakaan dan tercemplung ke Sungai Keelung di Distrik Nangang, Taipei. Akibat kecelakaan yang terjadi tak lama setelah lepas landas itu, sebanyak 32 penumpang dinyatakan tewas.

Mengutip laman Focus Taiwan, Kamis (5/2/2015), meski nilai jual sahamnya terus berkurang, tapi kerugian yang diderita TransAsia Airways tak terlalu besar. Pasalnya, maskapai Taiwan tersebut baru saja mendapatkan keuntungan dari kemerosotan harga minyak dunia yang berlangsung dalam tujuh bulan terakhir.

Dengan penurunan harga minyak dunia, biaya operasional perusahaan-perusahaan maskapai juga seharusnya lebih rendah.

Pada perdagangan pukul 11:06 waktu setempat, saham-saham TransAsia telah merosot 3,29 persen ke harga 11,75 dolar Tawian. Sebelumnya, harga saham TransAsia sempat menyentuh nilai terendah di harga 11,3 dolar Taiwan dengan kepemilikan 24,74 juta lembar saham.

Sebelumnya, akibat kemerosotan harga minyak dunia, saham-saham di sektor transportasi penerbangan naik 1,23 persen ke level 93,05.

Setelah jatuh 7 persen pada perdagangan sebelumnya, harga saham TransAsia kembali dibuka melemah tujuh persen karena para investor masih terkejut dengan kecelakaan yang baru saja terjadi. Tapi kerugian tersebut dapat ditutupi dengan keuntungan dari sektor transportasi secara keseluruhan.

"Pasar masih memiliki banyak investor yang berminat membeli saham TransAsia untuk diperdagangkan. Mereka bertaruh harga saham akan segera berbalik naik karena faktor teknis," tutur Analis Sekuritas Hua Nan, Henry Miao.

Pelemahan harga minyak dunia memberi peluang tersendiri bagi para investor untuk tetap membeli saham di sektor penerbangan. (Sis/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya