Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 15 negara di kawasan Asia Timur mendesain kerjasama penanganan kecelakaan secara multilateral melalu lembaga SAR masing - masing negara.
Kepala Basarnas FHB Soelistyo usai membuka Regional Seminar, On The Implementasion of A Global SAR Plan for East Asia di Jakarta, pada Selasa (3/2/2015) menjelaskan, desain kerjasama lembaga SAR di 15 negara Asia Timur dibahas dalam seminar tersebut.
Advertisement
"Tujuan seminar adalah untuk membangun kesiapan bersama lembaga SAR di regional dan kawasan Asia Timur dalam penanganan pencarian dan pertolongan pada kecelakaan pesawat udara maupun kapal laut.
Kesiapan bersama SAR negara kawasan harus dibangun untuk operasi kemanusiaan agar elemen - elemen SAR masing - masing negara kawasan selalu siap sehingga ketika terjadi kecelakaan mereka cepat bergerak. Kesiapan elemen - elemen SAR sangat penting untuk melakukan operasi kemanusiaan," jelas dia.
Selama ini tambah dia, kerjasama operasi SAR hanya dilakukan secara bilateral antar dua negara, seperti antara Indonesia dengan Malaysia, Indonesia dengan Singapura ataupun Indonesia dengan Australia dengan pola kegiatan latihan bersama operasi penanganan kecelakaan dan peningkatan kapasitas dan kemampuan lembaga SAR ke dua negara.
"Ke depan harus dibangun sistem multilateral bagaimanan kesiapan SAR negara - negara di kawasan bisa padu," tambahnya.
Ia berharap kerjasama multilateral kesiapan SAR negara - negara kawasan Asia Timur bisa cepat terealisasi.
Ke-15 negara yang hadir dalam Regional Seminar, On The Implementasion of A Global SAR Plan for East Asia yaitu Indonesia, Brunei, Kamboja,Tiongkok, Jepang, Laos, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Papua New Guenea, Filipinan, Siangapura, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam.
Dalam seminar tersebut, peserta memaparkan pengalaman SAR negara masing - masing. Indonesia sebagai tuan rumah memaparkan penanganan kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501. (Nrm)