Liputan6.com, Beijing - Gara-gara kicauannya di Twitter, pemimpin Argentina Cristina Fernandez dikecam. Niat Bu Presiden melempar guyonan tentang cara bicara masyarakat Tiongkok, justru membuatnya dicap 'rasis'.
Fernandez sedang berada di Beijing saat berkicau di Twitter. Kunjungannya bertujuan untuk memperkuat hubungan ekonomi dengan China. Juga demi mengundang investor Tiongkok masuk ke negaranya.
Setelah melakukan pembicaraan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping, Fernandez mengirimkan tweet dalam Bahasa Spanyol kepada 3,5 juta pengikutnya di Twitter.
Ia mengganti huruf 'r' dengan 'l'. Fernandez menyinggung kesulitan yang dialami warga Tiongkok untuk melafalkan huruf 'r'.
Beberapa menit kemudian, Presiden Argentina kembali berkicau. "Maaf, level kekonyolan dan absurditas (dalam tweet tadi) terlalu tinggi. Hanya bisa dicerna dengan humor," tweet dia seperti Liputan6.com kutip dari News.com.au, Kamis (5/2/2014).
Namun, kata maafnya itu tak bisa meredam banjir kritik dari mereka yang menganggap pernyataannya yang pertama sebagai 'rasis'.
"Presiden Argentina mengirimkan tweet yang ofensif dan rasis yang menyakiti warga Asia, saat ia sedang memohon bantuan uang dari China," demikian kicau Charlie Hebdo, media Prancis yang mencoba bangkit dari tragedi teror yang menewaskan pemred dan sejumlah kartunisnya.
Sejauh ini belum ada komentar dari pihak China.
Argentina sedang berharap bantuan China untuk meningkatkan cadangan devisanya yang tipis. Juga untuk membiayai proyek energi dan rel di tengah krisis utang dan ekonomi yang stagnan.
Seperti dikutip dari Reuters, kontroversi lainnya juga sedang melanda Fernandez. Ia sedang berusaha lepas dari dugaan keterkaitannya dengan kematian misterius jaksa Alberto Nisman -- yang ditemukan tewas di kamar mandinya pada 18 Januari 2013. Dengan peluru bersarang di kepala korban.
Jaksa itu tewas hanya beberapa jam sebelum ia diagendakan menguraikan tuduhan bahwa Fernandez menutup-nutupi dugaan keterkaitan Iran dengan pemboman pada tahun 1994 yang menargetkan komunitas Yahudi, yang menewaskan 85 manusia.
Para penyelidik yang menelisik kematian Nisman menemukan surat perintah penangkapan Fernandez yang dikeluarkan sang jaksa.
Pada Oktober 2015, Argentina akan memilih pemimpinnya yang baru. Konstitusi melarang Cristina Fernandez untuk kembali mencalonkan diri. (Ein/Tnt)
Advertisement