Liputan6.com, Jakarta Di Amerika Serikat, film yang dibintangi Dakota Johnson dan Jamie Dornan, Fifty Shades of Grey akan rilis 13 Februari mendatang, sehari sebelum Valentine's Day.
Namun, jauh sebelum film ini rilis, film adaptasi novel berjudul sama tersebut telah mengundang banyak kontroversi. Seperti kita tahu, Fifty Shades of Grey mengangkat tema percintaan dengan banyak unsur erotisme dan sadomasokis di dalamnya.
Fifty Shades of Grey berkisah tentang seorang mahasiswi lugu bernama Anastasia Steele (Dakota Johnson) yang suatu hari harus mewawancarai seorang miliuner muda dan tampan bernama Christian Grey (Jamie Dornan). Anastasia secara perlahan mulai menyukai Christian, Ana pun tak mampu menahan dorongan untuk selalu ingin bertemu. Gayung bersambut, Christian pun menyukai Ana - dengan caranya sendiri.
Dari sinilah kisah ini dimulai. Christian yang tampilan luarnya begitu sempurna dan menawan ternyata memiliki sisi lain, yaitu kesukaannya terhadap seks BDSM alias Bondage and Discipline, Sadism and Masochism (perbudakan, disiplin, sadis, dan masokis). Keduanya pun sering bercinta menggunakan gaya ini.
Advertisement
Namun, di luar semua hal berbau seksual, Fifty Shades of Grey adalah sebuah drama percintaan. Ana dan Christian pun saling jatuh cinta, meski nampaknya Christian tak percaya akan cinta dan hanya menginginkan seks.
Meski terdengar menarik, film ini mendapat banyak tentangan, bahkan di Amerika Serikat yang identik dengan nilai-nilai liberal yang dianutnya. Sebuah kelompok anti pornografi bernama Morality In Media (MIM) misalnya, beberapa waktu lalu mereka memprotes Motion Picture Association of America karena hanya memberikan rating R (setara dengan rating BO atau Bimbingan Orangtua) terhadap Fifty Shades of Grey.
Jadi, mungkinkah Fifty Shades of Grey tayang di Indonesia? (Gul/Ade)