Liputan6.com, Washington DC- Dingin, kaku, dan waspada, itulah citra yang melekat pada Vladimir Putin. Baru-baru ini terkuak, kemisteriusan Presiden Rusia itu pernah membuatnya jadi objek studi sebuah lembaga kajian (thinktank) yang ada kaitannya dengan Pentagon, markas Departemen Pertahanan Amerika Serikat.
Dan hasilnya, mengejutkan. Putin diduga memiliki gejala autisme.
Studi yang dilakukan sejak 2008 hingga 2011, atas perintah Pentagon, menyimpulkan, "Putin memiliki gangguan autis yang berpengaruh terhadap semua keputusannya," demikian dimuat The Guardian, Jumat (6/2/2015). Mungkin gangguan tersebut adalah Asperger Syndrome atau Sindrom Asperger.
Hasil studi baru terkuak belakangan atas nama hak kebebasan informasi (Freedom of Information Act) yang diajukan media USA Today.
Media tersebut melaporkan bahwa kesimpulan tersebut dikeluarkan oleh Office of Net Assessment, lembaga di bawah Pentagon
Meski para peneliti tidak dapat membuktikan teori mereka tanpa scan atau pemindaian otak, Brenda Connors -- analisis pola gerakan di US Naval War College berpendapat, "perkembangan neurologis (syaraf) Putin secara signifikan terganggu dalam masa pertumbuhan," demikian dilaporkan USA Today, seperti Liputan6.com kutip dari Time.
Stephen Porges, ahli kejiwaan dari University of North, dalam studi menyebut, "Putin memiliki tanda-tanda autisme." Namun, belakangan ia membantah kesimpulan tersebut. Sang ilmuwan juga mengaku tak melihat laporan akhir studi tersebut.
Porges mengatakan, kesimpulan studi yang fokus menelaah video Putin tak sampai mengeluarkan diagnosis. "Semua orang harus menyingkirkan hal-hal terkait Asperger's dan autisme," kata dia.
Porges menegaskan, diagnosis tak mungkin dihasilkan hanya dengan sedikit bukti. "Apalagi hanya berdasarkan rekaman video."
Studi tersebut, kata dia, adalah gagasan dari satu orang, Brenda Connors dari US Naval War College (USNWC) di Newport, Rhode Island.
Benar atau tidak sang pemimpin Rusia ada dalam spektrum autis, para penulis telah menguak cara paling efektif untuk berhubungan dengan orang yang memiliki kepribadian semacam Putin.
"Jika Anda berkepentingan dengan dia, bicaralah dalam kelompok kecil, dalam situasi tenang dan privat," kata Porges.
Putin yang memiliki raut wajah 'relatif datar' dan tak menunjukkan banyak emosi, memang memiliki kemiripan dengan orang yang memiliki tanda-tanda autis. Namun, gejala serupa juga dimiliki sejumlah orang tanpa gangguan autis, termasuk veteran perang dan korban trauma. "Ini tidak berarti orang seperti itu autis," kata Porges.
Sejauh ini belum ada reaksi dari pihak Putin maupun Rusia. Sementara, Gedung Putih tak menanggapi pertanyaan apakah informasi terkait studi sudah disampaikan kepada Presiden Barack Obama.
"Saya tak bisa berkomentar terkait laporan Pentagon," kata juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, seperti dimuat USA Today.
Apa itu Sindrom Asperger
Sindrom Asperger atau Asperger's syndrome (AS) dikenal masyarakat luas salah satunya melalui film 'My Name Is Khan' yang dibintangi Shah Rukh Khan.
AS adalah salah satu gejala autisme di mana para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.
Sindrom ini ditemukan oleh Hans Asperger, seorang dokter anak asal Austria pada tahun 1944, meskipun baru diteliti dan diakui secara luas oleh para ahli pada dekade 1980-an.
Sindrom Asperger dibedakan dengan gejala autisme lainnya dilihat dari kemampuan linguistik dan kognitif para penderitanya yang relatif tidak mengalami penurunan, bahkan dengan IQ yang relatif tinggi atau rata-rata. Ini berarti sebagian besar penderita sindrom Asperger bisa hidup secara mandiri, tidak seperti autisme lainnya.
Sindrom Asperger juga bukan penyakit mental.
Seperti dikutip dari situs Sydney Morning Herald, sejumlah orang terkemuka dikaitkan dengan gejala autisme ini. Meski beberapa belum terkonfirmasi dengan scan otak. Baru sebatas dugaan.
Termasuk di antaranya, salah satu ilmuwan terbesar sepanjang masa, Sir Isaac Newton, Hans Christian Andersen, Adolf Hitler, hingga Mark Zuckerberg. (Ein/Tnt)
Advertisement