Liputan6.com, Jakarta -
Setelah mengalami kontraksi sejak akhir tahun lalu, harga minyak mentah dunia kembali meroket hingga ke level US$ 57,57 barel per hari akibat gejolak politik maupun ekonomi di luar negeri pada Jumat (6/2/2015).
Namun volatilitas harga minyak dunia ini tak mengurungkan niat pemerintah maupun DPR untuk mengoreksi asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP).
Dalam rapat kerja siang ini, Badan Anggaran (Banggar) DPR menyetujui asumsi makro dari ICP pada postur sementara APBN-P 2015 sebesar US$ 60 per barel. Angka ini turun dari proyeksi sebelumnya di RAPBN-P 2015 sebesar US$ 70 per barel.
Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro memperkirakan kondisi penaikan harga minyak dunia hari ini akan berlangsung sementara, sehingga patokan ICP masih dipasang US$ 60 barel per hari.
"Rebound-nya kan cuma sebentar, tapi penurunannya bakal lama. Rebound-nya juga sedikit, nanti bisa turun lagi mungkin di musim panas. Jadi kita ambil amannya US$ 60 per barel," terang dia.
Saat ditanyakan mengenai antisipasi harga minyak dunia sewaktu-waktu kembali meroket, Bambang mengaku, penaikan diperkirakan masih akan lama. "Masih lama itu mah," pungkas dia.
Perlu diketahui, dilansir dari Reuters, Jumat ini, patokan minyak mentah berjangka jenis Brent ditutup naik US$ 2,41 atau 4,5 persen menjadi US$ 57,57 per barel.
Sedangkan minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS)yang juga dikenal sebagai West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 2,03 atau 4,2 persen ke level US$ 50,48 per barel. (Fik/Nrm)