Liputan6.com, Jakarta Dianggap tidak memiliki kemampuan apa-apa dan hanya sibuk pada dunianya sendiri membuat anak dengan autisme kerap dipandang sebelah mata atau bahkan diremehkan.
Namun saat menginjakkan kaki di Rumah Autis di kawasan Bekasi, kita dapat melihat secara langsung sisi lain serta kelebihan yang tersimpan dalam diri mereka.
Rumah Autis yang bernaung di bawah bendera Yayasan Cahaya Keluarga Fitrah (CAGAR) memiliki anak-anak autisme yang lihai dalam banyak hal. Salah satu keahlian yang mereka perlihatkan adalah memasak.
Aktivitas memasak yang mereka lakukan ini bagian dari ekstrakulikuler `Cooking class` yang diajarkan langsung oleh Chef Nanda Hamdalah.
Saat tim Health-Liputan6.com berkunjung ke Rumah Autis pada Rabu (21/1/2015) sejumlah murid di sana tengah memasak satu hidangan sederhana namun menyehatkan yang dikerjakan langsung oleh mereka dan dibantu Chef Nanda yang senantiasa mendampingin dengan penuh sabar.
"Tujuan dari ekstrakulikuler ini bukan hanya membuat masakan khusus mereka saja, tapi juga turut membantu mereka," kata Nanda.
Maksudnya, anak-anak ini semakin lama akan terus tumbuh dan kelak akan memasuki fase dewasa. Menyadari bahwa anak dengan autisme selalu dipersulit dalam mencari kerja, dengan ekstrakulikuler yang diikuti ini, mereka pun bisa berwirausaha dengan memasak, dan menjual hasilnya kepada masyarakat sekitar.
"Bisa bantu orang lain juga, `kan? Apalagi si Akmal (salah satu murid di sana) mampu memasak dan diberi instruksi. Jadi, harapan besar saya ada pada Akmal ini," kata Nanda yang tengah membantu Akmal menggoreng nuget yang terbuat dari ayam, tepung, dan juga telur.
Selain itu, terang Nanda, memasak juga bagus bagi anak dengan autisme untuk saraf motoriknya. "Mereka ini `kan bergerak, sehingga mereka tahu bagaimana cara supaya tangan mereka tidak kepotong," kata Nanda menambahkan.
Nanda juga berharap dengan adanya ekstrakulikuler ini, fokus mereka terhadap satu hal akan semakin tinggi, dan ke depannya akan lebih baik lagi.
Baru Empat Bulan
Baru Empat Bulan
Chef Nanda baru empat bulan menjadi pengajar lepas di sebuah lembaga sosial yang didirikan dengan tujuan menjembatani kebutuhan akan tempat terapi maupun sekolah bagi anak berkebutuhan khusus dari keluarga tidak mampu dengan biaya terjangkau bahkan gratis.
Namun, kedekatan antara Chef Nanda dan anak-anak di sana sudah terjalin cukup lama, saat Nanda melakukan penelitian untuk bahan skripsinya.
"Waktu itu ngadain penelitian tentang dorayaki. Dari zaman si Akmal dan anak-anak lainnya masih kecil, sampai sesekal ini," Kata Nanda didampingin Akmal.
Saat itu Nanda membuat dorayaki rasa kacang merah dan ubi ungu yang terbuat dari tepung yang diformulasikan oleh dirinya sendiri yaitu tepung meizena, tepung beras, dan tepung tapioka, yang sebenarnya dapat diaplikasikan di berbagai jenis makanan.
"Ternyata yang paling laku yang ubi ungu. Meski tepung, ternyata dapat diterima oleh tubuh mereka. Soalnya, setelah penelitian saya tanyakan kepada orangtua masing-masing apakah ada masalah atau tidak, mereka menjawab tidak ada," kata Nanda menjelaskan.
Berhubung esktrakulikuler merupakan `pendidikan` di luar jam pelajaran utama, hanya anak-anak yang mau saja yang dapat mengikutinya,"Karena di kelas ini anak-anak akan dikenakan biaya lagi."
Advertisement
Ajang Memasak di Televisi
Anak-anak ini bisa ikutan ajang memasak di televisi
Suka dan duka sudah dilewati Nanda bersama anak-anak hebat yang ada di Rumah Autis yang didirikan oleh empat orang, Deka Kurniawan dan Laili Ulfiati bersama dua terapis muda, Ismunawaroh dan Henny Ma`rifah.
"Mereka ini sebenarnya anak yang mampu dan bisa memasak. Tapi karena mereka adalah non-verbal, untuk mengatakan apa yang mereka inginkan tidak bisa disampaikan begitu saja. Kita yang harus tahu duluan apa mau mereka," kata Nanda.
Andaikan mereka tidak mengalami gangguan dalam hal penyampaian, terang Nanda, kesempatan mereka untuk ikut dalam ajang memasak anak di televisi terbuka lebar. "Bahkan kalau dilihat lagi, bisa saja mereka yang jadi pemenangnya," kata Nanda menambahkan.
Contohnya saja waktu Nanda dan Akmal melakukan demo memasak di salah satu pusat perbelanjaan yang ada di kawasan Senayan.
Menurut Nanda, pandangan yang tertuju pada Akmal sangatlah besar. "Akmal ini tidak bisa fokus, tapi dia bisa masak dan jago," kata Nanda.
Kesempatan ini dianggap Nanda sebagai suatu hal yang menyenangkan, karena dapat mengenalkan Akmal ke masyarakat Indonesia.
"Karena yang hadir saat itu berasal dari perkumpulan Autisme dari seluruh Indonesia," kata Nanda.
Bahkan, kata Nanda, mantan Ibu Negara Republik Indonesia Ani Yudhoyono, ingin sekali mencicipi masakan olahan Akmal dan teman-temannya, setelah melihat foto-foto kegiatan mereka di akun Instagram milik Nanda.
"Ibu Ani pernah komentar di Instagram saya, ingin nyobain masakan Akmal dan Yuzai. Mereka lagi masak di sini (di Rumah Autis), dan Ibu Ani ingin mencoba masakan mereka," kata Nanda.
STOP Bercanda Gunakan Autisme
Jangan pernah bercanda gunakan kata Autis!
Nanda `gerah` mendengar candaan orang-orang yang kerap menggunakan kata autis untuk menunjukkan satu keadaan di mana seseorang sedang asyik sendiri dengan `dunianya`.
"Cobalah dipelajarin dulu, apa sih autisme itu. Apa penyebabnya dan kondisi lainnya yang berkaitan dengan autisme. Sekarang kan sudah ada Google, kita tidak bisa bilang kalau itu penderita, tapi penyandang autisme atau people with autism," kata dia menekankan.
Advertisement