Liputan6.com, Bengkulu Demam batu akik sudah merambah kepada sendi perekonomian masyarakat pedesaan di Bengkulu. Salah satunya, Desa Urai Kecamatan Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara.
Warga desa berpenduduk 250 kepala keluarga ini sehari-hari menggantungkan hidup dari hasil mencari butiran emas yang dibawa ombak di sepanjang pesisir pantai berpasir hitam yang langsung berhadapan dengan Samudra Hindia.
Advertisement
Seiring waktu, ketersediaan kekayaan alam itu semakin berkurang, warga desa mulai beralih mengandalkan hidup dari hasil perikanan tangkap dan sebagian mulai berladang.
Sebulan terakhir, seiring dengan mewabahnya batu akik, warga mulai mencari bahan baku batu akik yang berserakan di pantai, beragam jenis batu tersedia di antaranya, batu teratai warna merah, hitam dan beberapa warna lain. Jenis lain adalah batu sulaiman, hijau lumut, paca warna serta beberapa jenis batu pantai lain.
Desa ini juga menyimpan kandungan batu daratan yang sangat populer, diataranya Red Rafflesia, Sunkish, Cempaka, Hijau Koja dan Kecubung Wulung.
Sutinah (57) bersama suaminya Akhirin mengaku pendapatan keluarganya melonjak drastis dari hasil menjual bahan batu akik ini. Jika menambang emas di pantai, rata rata setiap hari mereka mendapatkan uang sebesar Rp 250.000 perhari, saat ini penghasilannya bisa mencapai Rp 500.000 hingga satu juta rupiah.
"Terkadang kami mendapatkan batu yang berkelas seperti ungu lavender atau Red Rafflesia kualitas terbaik, kami bisa menjualnya dengan harga tinggi mencapai Rp 2 juta perkilo," ujar Akirin belum lama ini.
Setiap hari kata dia, pasti ada yang singgah untuk melihat bahan akik yang dipajangnya di pinggir jalan. Wajar saja, sebab Desa Urai adalah jalur perlintasan utama di Jalan Lintas Barat Sumatra. Dan hampir semua penduduk desa ini bermata pencarian dari menjual akik.
Bachrin, pembeli batu yang singgah di Desa Urai mengaku bahan akik yang dibelinya berkualitas baik dan jaran ada di tempat lain.
"Kebetulan ada tugas kantor, sekalian saya singgah. Banyak rekan dan keluarga saya minta dikirimkan batu dari Bengkulu," ujar Bachrin yang bertugas di sekretariat DPRD Provinsi Bengkulu.
Batu akik Bengkulu saat ini sudah mendunia, beberapa event internasional diikuti para perajin dan kolektor.
Ketua Bengkulu Agate Community (BAC) Dr Agus Lansam menyatakan pihaknya terus melakukan promosi dengan mengikuti kontes, pameran dan lomba di dalam dan luar negeri.
"Beberapa kali kita ikut kontes di Bali, Jakarta, Singapura bahkan ke Eropa, tujuannya untuk lebih mengenalkan akik Bengkulu," ujar Dr Agus. (Yuliardi Hardjo Putra/Ars)