Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang yang berlomba-lomba ingin bekerja di Google. Bekerja di salah satu perusahaan raksasa teknologi ini Anda akan bertemu dengan orang-orang pintar, mendapatkan fasilitas menakjubkan, dan kesempatan untuk mempengaruhi puluhan juta orang.
Bahkan ada sebuah film yang menceritakan betapa seru dan asyiknya magang di Google. Kenyataannya, tidak semua makanan dan sepeda yang tersedia di sana dapat dinikmati secara gratis.
Mengutip laman Business Insider, berikut adalah kisah sebenarnya dan hal terburuk yang kerap dihadapi karyawan Google. Fakta berikut diungkapkan oleh sumber terpercaya yang mengaku sebagai karyawan dan mantan karyawan Google.
Bekerja tidak sesuai kemampuan
Bekerja tidak sesuai kemampuan
"Bagian terburuk dari bekerja di Google, bagi banyak orang, adalah bahwa para karyawan di sana menghadapi masalah overqualified. Kebanyakan dari mereka melamar pekerjaan yang tingkatannya di bawah kemampuan atau tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya," ungkap sumber tersebut.
Selain itu salah satu mantan karyawan Google di bagian penjualan mengaku bahwa bekerja di Google sangat menguras energi dan banyak waktu berharga terbuang begitu saja karena pekerjaan yang menumpuk.
Advertisement
Kurang peduli satu sama lain
Kurang peduli satu sama lain
"Setiap perbaikan tidak didasarkan pada metrik keras (pengukuran yang ada dalam pengembangan), di mana semuanya membuang waktu," kata seorang mantan engineer perangkat lunak Google.
"Fungsionalitas? Jumlah bug? Tidak ada yang peduli. Jika Anda tidak bisa mengukurnya, tidak ada orang yang akan tertarik dengan hal ini," tambahnya.
Sulit berdiskusi
Sulit berdiskusi
"Sangat sulit untuk membicarakan masalah apapun, kecuali kepada teman terdekat Anda yang bisa diajak bicara. Diskusi yang objektif cukup langka, karena semua orang membatasi diri dan tidak tertarik pada pendapat orang lain," kata seorang mantan karyawan Google.
"Hal terburuk saat bekerja di Google sejauh ini adalah menghadapi pembatalan proyek yang sewenang-wenang," kata seorang seorang karyawan yang tak mau disebutkan namanya.
Advertisement
Tak sepintar yang dikira
Tak sepintar yang dikira
"Orang-orang yang dipromosikan ke posisi manajemen - bukan karena mereka benar-benar tahu bagaimana caranya memimpin/ mengelola, tetapi karena mereka kebetulan menjadi pintar atau karena tidak ada jalan lain untuk mendapatkan pekerjaan lain," kata mantan manajer program teknis.
"Google merekrut orang yang sama berulang-ulang," kata seorang karyawan yang juga tak mau disebutkan namanya.
"Latar belakangnya sama, sudut pandangnya sama, memiliki kepentingan yang sama. Ini tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa saya bertemu 100 orang yang sama dalam tiga tahun saya bekerja di Google. Hanya sedikit dari mereka yang memiliki kepribadian menarik," pungkasnya.
(isk/dhi)