Aksi Petani Tuntut Pemerintah Selesaikan Kisruh KPK-Polri

kelompok petani asal Batang ini memilih menyampaikan ekspresi mereka dengan menggelar ruwatan, menari, dan melukis.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 08 Feb 2015, 12:16 WIB
kelompok petani asal Batang, Omah Tani, memilih menyampaikan ekspresi mereka dengan menggelar ruwatan, menari, dan melukis di Gedung KPK. (Liputan6.com/Putu Merta SP)

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan Petani asal Batang, Jawa Tengah, menggelar aksi di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menuntut pemerintah segera menyelesaikan kisruh antara KPK dan Polri.

Berbeda dengan aksi yang dilakukan kelompok lain, kelompok petani asal Batang ini memilih menyampaikan ekspresi mereka dengan menggelar ruwatan, menari, dan melukis.

Ruwatan dilangsungkan Sabtu 7 Februari malam di Gedung KPK. Dilanjutkan dengan menari dan melukis pada Minggu (8/2/2015) siang. Sedianya hari ini mereka akan menggelar aksi di Bundaran Hotel Indonesia (HI), namun hujan yang terus mengguyur ibukota membuat mereka membatalkan acara tersebut dan memilih tetap beraksi di Gedung KPK.  

Di Gedung KPK, kelompok petani dari Omah Tani itu melukis 2 tokoh pewayangan dan menulis kata-kata dukungan untuk KPK.
                                                             
Pantauan Liputan6.com, para petani itu membuat tulisan 'Save KPK Selamatkan Indonesia'. Ada pula ucapan 'Semoga KPK semakin kuat'. Sedangkan dua tokoh pewayangan yang digambar yakni Semar dan Petruk.                                                                                                                                                         

Dua tokoh tersebut dilukis di atas kain putih sepanjang dua meter. Dalam lukisan tersebut, Semar memberikan pertanyaan kepada Petruk.

"Negoro geger piye tanggung jawabmu (negara kacau bagaimana tanggung jawabmu)," kata Semar kepada Petruk.

Seorang peserta aksi mengungkapkan, kehadiran Petruk tersebut sebagai simbol sosok raja atau seorang pemimpin. Sedangkan Semar disimbolkan sebagai rakyat yang menanyakan kepada pemimpinnya, khususnya dalam menangani kisruh KPK dan Polri.

Meski merujuk kepada pemimpin, peserta aksi tersebut enggan merujuk Petruk ke satu orang, dalam hal ini pemimpin di Indonesia. Menurutnya, di pewayangan memang ada lakon "Petruk Dadi Ratu" (Petruk Menjadi Raja). (Sun)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya