Liputan6.com, Jakarta - PT Borneo Lumbung Energi Tbk (BORN) dikabarkan telah melunasi pinjaman sekitar US$ 200 juta dari total pinjaman US$ 1 miliar kepada Standard Chartered dan Raiffeisen. Pelunasan utang itu pun menghindari perseroan dari gagal bayar.
Pinjaman AS$ 1 miliar dari Standard Chartered kepada PT Borneo Lumbung Energi Tbk cukup mengganggu bank tersebut. Apalagi bisnis batu bara sedang lesu karena harga batu bara merosot.
Advertisement
Standard Chartered pun setuju meringankan persyaratan dan memperpanjang waktu pinjaman tersebut pada 2014. "Jadi belum ada gagal bayar apapun," ujar Ken Allan, Direktur PT Borneo Lumbung Energi Tbk, seperti dikutip dari laman Reuters, Minggu (8/2/2015).
Ia menuturkan, Borneo memiliki hubungan baik dengan bank yang berbasis di London tersebut, dan pemberi pinjaman dari Raiffeisen yang memberi pinjaman sekitar US$ 224 juta. Borneo telah membayar utang sekitar US$ 112 juta kepada Raiffeisen pada tahun lalu.
Allan menambahkan, hasil rapat umum pemegang saham (RUPS) yang diselenggarakan di London telah menolak usulan pemilik PT Borneo Lumbung Energi Tbk Samin Tan untuk menggantikan direksi, dan mendapatkan kembali kontrok perusahaan pada Februari 2015.
Utang perseroan kepada Standard Chartered diperpanjang hingga Januari 2019. Perseroan harus membayar kembali sekitar US$ 100 juta kepada Standard Chartered pada 15 April 2015.
Standard Chartered memberikan pinjaman kepada Borneo sekitar US$ 1 miliar pada 2012. Pinjaman itu terbesar yang ditanggung oleh bank. Dana pinjaman itu digunakan untuk membantu membeli saham di Bumi Plc yang kini berubah nama jadi Asia Resource Minerals. (Ahm/)