Di Depan 200 Investor Korea, Sofyan Djalil Sindir Penerjemah

Mantan Menteri BUMN itu mengaku sulit mencerna dan memahami kata dan kalimat penerjemah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 11 Feb 2015, 14:06 WIB
Menko Perekonomian Sofyan Djalil memaparkan penurunan BBM bersubsidi dihadapan wartawan di Gedung Menko Perekonomian, Jakarta, Rabu (31/12/2014). ( Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pertemuan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dengan sekitar 200 investor asal Korea Selatan (Korsel) mengandalkan penerjemah sebagai jembatan komunikasi antara pihak Korsel dan pemerintah. Namun peran penerjemah dalam Seminar CEO Gathering ini kurang maksimal, sehingga Menteri Koordinator Bidang Perekonomian merasa kecewa.

Seminar ini diselenggarakan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal bekerjasama dengan Korea Trade Investment Promotion Agency (KOTRA) dan PT Jababeka Tbk. Dihadiri oleh Menko Perekonomian Sofyan Djalil, Kepala BKPM Franky Sibarani, Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia Cho Tai-Young.

Saat pihak Korea memaparkan pidato sambutan, Sofyan yang menggunakan alat penerjemah merasa kesulitan untuk menangkap isi yang disampaikan pihak Jepang dalam bahasa Indonesia. Kata maupun kalimat yang dirangkai si penerjemah loncat-loncat dan terkadang diam sejenak tanpa suara.

Ketika tiba giliran Sofyan berada di panggung untuk menyampaikan paparan, dia menyindir penerjemah tersebut. Mantan Menteri BUMN itu mengaku sulit mencerna dan memahami kata dan kalimat penerjemah.

"Saya tidak tahu apa harus berbicara Bahasa Indonesia atau Inggris. Karena sayang sekali terjemahan yang disampaikan mengecewakan. Kalau ada film di Amerika lost translation, makan inilah dia lost translation," ucap Sofyan di Gedung BKPM, Rabu (11/2/2015).

Akhirnya, Sofyan ‎memilih menyampaikan sambutan dalam bahasa Inggris, karena khawatir ada kesalahan arti apabila bercuap-cuap dengan bahasa Indonesia  dari si penerjemah. "Saya pilih berbicara bahasa Inggris dibanding bahasa Indonesia. Karena saya tak tahu apa penerjemahnya bisa menerjemahkan bahasa Indonesia, nanti malah lost lagi karena mengecewakan," paparnya. (Fik/Gdn)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya