Liputan6.com, Washington DC- Kayla Mueller tewas saat disandera ISIS. Awalnya keluarga belum percaya, mereka masih berharap, kabar itu keliru atau cuma propaganda. Hingga Selasa 10 Februari 2015, pihak militan mengirim pesan pada mereka, disertai secarik foto yang memupuskan asa: jasad korban yang dibungkus kain kafan.
"Kami merasa sangat terguncang untuk berbagi kabar duka bahwa Kayla Jean Mueller telah meninggal dunia, demikian pernyataan pihak keluarga, seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Rabu 11 Februari 2015. "Kayla adalah seorang penyayang dan pekerja kemanusiaan yang berdedikasi. Ia mendedikasikan masa mudanya untuk membantu mereka yang membutuhkan kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian."
Sementara itu, juru bicara Dewan Keamanan Nasional (National Security Council) Bernadette Meehan mengatakan, surat dari ISIS telah dikonfirmasi. "Informasi tersebut dinyatakan otentik oleh kalangan intelijen. Mereka menyimpulkan, Kayla -- yang jadi sandera sejak 2013 -- telah meninggal dunia."
Meski demikian, informasi dari ISIS tak menunjukkan bagaimana perempuan 26 tahun itu tewas. Jumat lalu ISIS mengklaim korban tewas dalam sebuah gedung yang diserang pasukan Yordania di Raqqa, Suriah. Namun, juru bicara Gedung Putih menepis informasi sepihak itu.
"ISIS menahan dia dengan paksaan. Itu berarti mereka bertanggung jawab atas keamanannya," kata Josh Earnest. Menurut AS, ISIS-lah yang bertanggung jawab atas kematiannya."
Sebelumnya, keluarga Kayla Mueller mendapatkan surat dari putri mereka, yang dititipkan pada seorang sandera yang dibebaskan tahun lalu. Yang ditulis tangan.
Advertisement
Dalam suratnya, Kayla mengaku berada di tempat yang aman dan dalam kondisi tak berbahaya. Ia minta maaf telah membuat keluarganya cemas dan mengkhawatirkan dirinya.
Di dalam penjara, perempuan murah senyum itu mengaku makin dekat dengan Tuhan dan belajar mensyukuri hidupnya.
"Dalam kegelapan aku melihat secercah cahaya. Dan aku akhirnya mengerti, bahkan di dalam penjara, seseorang bisa menemukan kebebasan. Aku merasa bersyukur."
Kayla juga berpesan, agar keluarganya tak terbebani masalah negosiasi pembebasannya. "Tak ada yang tahu sampai kapan ini berakhir, aku juga berjuang sekuat tenaga. Aku tak akan kalah, tak menyerah selama apapun itu."
Sebelumnya beredar kabar, ISIS sempat mengancam akan membunuh Kayla jika keluarganya tak membayar tebusan sehilai hampir US$ 7 juta pada 13 Agustus 2014.
Harapan untuk berkumpul bersama keluarganya adalah sumber kekuatan Kayla. "Harap bersabar, serahkan semua duka yang kalian rasakan pada Tuhan. Aku tahu kalian berharap aku kuat, itulah yang sedang aku lakukan."
"Jangan takut akan nasibku, tetaplah berdoa pada Tuhan. Dengan kehendak-Nya, kelak kita akan kembali berkumpul bersama."
Ternyata, itu surat terakhirnya... (Ein/Tnt)