Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Off Shore West Java (ONWJ) menyatakan jika pembangunan pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat tetap dilakukan negara akan kehilangan pemasukan Rp 130 triliun.
Sekretaris Perusahaan Pertamina Hulu Energi, Wahidin Nurluzia mengatakan, pembangunan pelabuhan tersebut akan menghambat pengembangan produksi minyak gas blok ONWJ.
Advertisement
"Jika benar, rencana itu tentu sangat mengecewakan, karena PHE ONWJ sudah memproduksi migas sejak 1971 untuk menunjang ketahanan energi nasional," kata Wahidin, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Rabu (11/2/2015).
Menurut Wahidin, Pertamina ONWJ harus menutup sumur karena harus memindahkan fasilitas produksi seperti pipa dan anjungan lepas pantai (platform).
"Selain penutupan dan pemindahan fasilitas produksi yang ada juga akan menghambat pengembangan produksi migas di PHE ONWJ," ungkapnya.
Dengan penutupan sumur maka potensi produksi migas sebesar 40 ribu Barel Oil Equivalent Per Day (BOEPD) akan hilang sehingga berdampak pada kehilangan pendapatan negara mencapai Rp 130 triliun.
"Padahal potensinya masih cukup besar. Banyak fasilitas produksi, termasuk jaringan pipa bawah laut bertekanan tinggi, platform, sumur migas dan fasilitas lainnya, harus ditutup dan dipendam lebih dalam lagi, sehingga PHE ONWJ harus stop Produksi," kata Wahidin.
Proyek Pembangunan Pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, akhirnya mendapatkan restu dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Namun, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan, pelabuhan tersebut tidak akan menggunakan dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tetapi akan dibiayai oleh pihak swasta yang berminat untuk membangun.
"Presiden setuju Cilamaya dibangun, tapi uangnya uang swasta aja, tidak usah pakai uang APBN. Kalau dikaji itu oleh Bappenas karena pakai uang pemerintah," ujar Jonan. (Pew/Ahm)