Liputan6.com, Jakarta - Penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) terutama solar bersubsidi yang dilakukan PT Pertamina (Persero) diperkirakan kembali menuai kerugian, dengan penghapusan subsidi Bahan Bakar Nabati (BBN).
Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi), Sofyano Zakaria mengatakan, Pertamina menanggung biaya campuran BBN dengan tidak mendapatkan subsidi.
Advertisement
"Dengan dicoretnya subsidi BBN sedangkan harga Fatty Acid Methy Ester (FAME) atau bahan campuran BBM jauh di atas solar, maka Pertamina akan rugi akibat FAME tidak diganti Pemerintah. Kerugian tersebut diperkirakan berkisar Rp 300 per liter," kata Sofyano, di Jakarta, Rabu (11/2/2015).
Sofyano menambahkan, BBN yang tak disubsidi maka program pencampuran BBN pada BBM jenis solar yang ditargetkan 10 persen pun tak jalan.
"Artinya program BBN (energi terbarukan) akan berhenti kecuali Pemerintah juga dapat memahami kerugian yang terjadi," ungkap Sofyano.
Seperti diketahui, Komisi VII DPR dengan Kementerian ESDM telah sepakat menaikkan subsidi BBN dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015.
Subsidi tersebut tersebut terdiri dari Biodiesel dari Rp 1.500 per liter dalam APBN 2015 menjadi Rp 4.000 per liter dalam RAPBN-P 2015 dan Bioethanol dari Rp 2.000 dalam APBN 2015 menjadi Rp 3.000 per liter dalam RAPBN-P 2015. Namun, saat dibahas dalam Badan Anggaran DPR, subsidi tersebut tidak dimasukkan. (Pew/Ahm)