Liputan6.com, Jakarta Anda sudah mendengar kisah bayi Ryuji (5 bulan) yang mengalami gangguan hati? Satu pekan terakhir pemberitaan mengenainya banyak dibahas di media massa. Dokter yang memeriksa Ryuji hingga Rabu (11/2/2015) masih menduga gangguan hati yang dialaminya bernama atresia bilier.
"Hingga saat ini masih diduga atresia bilier. Masih dibutuhkan diagnosis pasti yang bisa diketahui lewat biopsi hati yang akan dilakukan," terang Direktur Utama Rumah Sakit Umum Cipto Mangun Kusumo, tempat bayi Ryuji dirawat, Dr. dr. Ch. Soejono, Sp.PD (K), di Kemenkes RI pada Rabu (11/2/2015).
Advertisement
Atresia bilier adalah suatu kondisi kelainan hati yang terjadi karena adanya sumbatan pada saluran empedu. "Hati menyalurkan empedu ke dalam usus 12 jari, nah ada sumbatan sehingga tidak bisa mengalir, sehingga empedu tidak masuk ke dalam usus. Menyebabkan bilirubin tidak sampai pada usus," terang Konsultan Gastroentero Hepalogi Anak FKUI/RSCM sekaligus dokter yang menangani bayi Ryuji, Dr. dr. Hanifah Oswari, Sp.A (K).
Kasus atresia bilier hingga kini terus ada, berdasarkan statistik ada 1:10.000 hingga 15.000 kelahiran bayi. "Kasus atresia bilier kini banyak, baik berdasarkan rujukan dokter maupun datang sendiri ke RSCM," terang pria yang akrab disapa dokter Hanifah ini.
Para peneliti di berbagai negara mencoba mencari tahu apa penyebab penyakit ini, namun belum juga membuahkan hasil. "Penyebabnya ada banyak sekali ada teori virus , teori imunitas. ada macam-macam teori lah, tapi hingga sekarang belum ada yang terbukti teori itu," tegasnya.
Penyakit ini tak diketahui penyebabnya oleh karena itu penting sekali orangtua mengenal gejala dini mencegah hal buruk terjadi. Bayi kuning lebih dari dua minggu dan warna feses putih adalah dua kunci utama penyakit ini.
"Kuncinya, jika bayi kuning lebih dari dua minggu harus segera ke dokter. Dokter akan memeriksa lebih lanjut adakah kelainan hati atau tidak," tegasnya.
Lalu perhatikan juga warna feses saat buang air besar. Bayi yang memiliki kelainan hati fesesnya berwarna putih seperti kapur.
Untuk pengobatan, transplantasi hati adalah salah satu cara untuk mengobati lebih baik penyakit ini. Sebelumnya para dokter akan memperhitungkan terlebih dahulu risikonya.