Bos Porsche Pernah 'Tertipu' Cabe-cabean

Membeli mobil bekas bisa jadi merupakan langkah finansial yang cerdas. Berikut adalah beberapa tips sebelum membeli mobil bekas.

oleh Gesit Prayogi diperbarui 12 Feb 2015, 17:26 WIB
Peningkatan jumlah tenaga kerja yang dimiliki Porsche mendorong peningkatan jumlah produksi dan kemudahan dalam mengembangkan teknologi.

Liputan6.com, Jakarta - Tumbuh besar di Jerman nampaknya bukan hal yang mudah bagi Christoph Choi, Managing Director PT Eurokars Artha Utama (importir resmi kendaraan Porsche), ketika memutuskan bekerja dan hidup di Indonesia.

"Dua tahun lebih sedikit," tuturnya ketika ditanya soal berapa lama ia tinggal di Indonesia.

Seperti laiknya ekspat yang mengadu nasib di Jakarta, Choi -- sapaan akrabnya -- juga menyimpan segudang cerita. Dalam sebuah acara makan siang dengan sejumlah awak media, pria bermata sipit ini membagi dikit kisah lucunya selama di Indonesia.

"Sempat dibuat bingung istilah 'cabe-cabean', tapi sekarang sudah tau apa artinya," tuturnya seraya melempar tawa.

>>>Klik laman berikutnya


Belajar batik

Tak cuma itu, Choi yang mengenakan kemeja putih ini pun menceritakan pengalaman perjalanannya ketika menuju Surabaya untuk keperluas bisnis. Namun, ketia memasuki wilayah udara Jawa Timur, ia dibuat kaget ketika pesawat yang ditumpanginya justru mendarat di Solo.

Bos Porsche Pernah 'Tertipu' Cabe-cabean


"Saya kaget, Solo? Katanya pendaratan di Bandara Juanda sedang padat jadi saya harus mendarat di tempat lain," ujar dia.

"Ketika saya tanya berapa saya harus menunggu, petugas bilang tidak tahu pasti."

Lelah menunggu berjam-jam, Choi pun akhirnya memutuskan pergi dan menggunakan taksi untuk sekadar melancong di Kota Batik tersebut.

"Saya bilang ke sopir taksi, 'go to city' tapi dia bingung. Akhirnya saya buka handphone untuk buka aplikasi perjalanan dan muncul destinasi, Museum Batik. Yaudah saya ke sana," kata yang tinggal di sekitar Gandaria tersebut.

"Gara-gara itu saya akhirnya tahu macam-macam batik," imbuhnya sembari menyebut jenis-jenis batik dengan logat yang terbata-bata.

Sementara itu, berbicara seputar potensi mobil sport dalam negeri, Choi yakin dalam 7-8 tahun ke depan, mobil asal Jerman itu bisa terjual sebanyak 1.000 unit per tahun.

"Pasar sport car di Indonesia growth. Ini terlihat dengan banyaknya pemain seperti Tesla, Ferrari, McLaren, dan Lamborghini," tuntasnya.


(Gst/Igw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya