Indonesia Negara Kedua Paling Banyak Buang Sampah ke Laut

Jumlah sampah di laut seluruh dunia setara dengan banyaknya tuna yang dipancing per tahun.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 13 Feb 2015, 16:24 WIB
Tumpukan sampah plastik yang berada dipesisir pantai teluk palu, Sulawesi Tengah (Antara)

Liputan6.com, Washington DC - Secara keseluruhan, sekitar 8,8 juta ton plastik ditemukan di laut-laut seluruh dunia. Jumlah ini dinilai jauh lebih besar dari perkiraan sebelumnya dan dianggap setara dengan banyaknya tuna yang dipancing per tahun.

"Jumlah itu setara dengan 5 kantong belanja penuh dengan sampah plastik yang menutupi setiap 30 cm garis pantai di seluruh dunia," ujar Kepala Penelitian Jenna Jambeck, seorang profesor teknik lingkungan di University of Georgia, berdasarkan studi baru yang melacak sampah di laut berdasarkan sumbernya, seperti dimuat Voa News, Jumat (13/2/2015).

Jambeck menjelaskan, dari temuan studinya, China dan Indonesia merupakan 2 negara yang paling banyak membuang sampah ke laut. Selain itu, negara lainnya adalah Filipina, Vietnam dan Sri Lanka.

Kata dia, lebih dari setengah sampah plastik yang mengalir ke laut datang dari 5 negara, yakni China, Indonesia, Filipina, Vietnam dan Sri Lanka, diikuti oleh Thailand, Mesir, Malaysia, Nigeria dan Bangladesh.

Ilmuwan tersebut memperkirakan akumulasi sampah plastik di lautan akan mencapai sekitar 170 juta ton pada 2025 jika para penyumbang terbesar, yakni mayoritas negara-negara berkembang di Asia tidak menanggulangi cara pembuangan sampah.

"Perkiraan ini berdasarkan tren populasi dan penanganan sampah tiap negara, meski ada beberapa perubahan untuk mengelolanya dengan lebih baik," papar Jenna Jambeck.

Negara industri Barat yang berada di daftar 20 penyumbang sampah plastik terbesar adalah Amerika Serikat. "Sampah plastik yang datang dari negara itu adalah karena pembuangan sampah sembarangan," kata Jenna.

Menurut penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Science itu, China bertanggung jawab atas 2,4 juta ton plastik yang sampai di lautan, atau hampir 28 persen dari jumlah total. AS berkontribusi menambah jumlah sampah 77.000 ton atau kurang dari 1 persen.

"Negara-negara maju biasanya memiliki sistem untuk menjerat dan mengumpulkan sampah plastik," ujar Jambeck.

Nancy Wallace, yang mengepalai program sampah kelautan di Badan Nasional Kelautan dan Atmosferik, mengatakan sampah plastik di perairan merupakan isu penting di dunia karena sampah itu dimakan makhluk-makhluk laut dan juga mengumpulkan racun di laut.

"Selain itu butuh biaya pembersihan yang besar dan mempengaruhi pariwisata," kata Jambeck.

Dalam penelitiannya itu, Jambeck dan timnya menggunakan statistik Bank Dunia mengenai aliran sampah 192 negara untuk melacak dan memperkirakan polusi plastik dari sumbernya. (Riz/Ein)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya