Liputan6.com, Jakarta - Credit Suisse Research Institute (CSRI)bekerja sama dengan perusahaan kembali bekerjasama dengan perusahaan riset pasar global Nielsen kembali menguak sejumlah fakta terkait sentimen konsumen di negara-negara berkembang termasuk faktor pendorongnya. Salah satu fakta yang diungkap laporan bertajuk `Emerging Markets Consumer Survey 2015` tersebut` adalah rendahnya pembelian mobil warga Indonesia.
"Rasio kepemilikan mobil di negara lain tetap stabil, namun India dan Indonesia mencatat rasio pertumbuhan kepemilikan mobil terendah, masing-masing hanya sebesar 19% dan 7%," seperti dikutip dari laporan resmi CSRI, Sabtu (13/2/2015).
Advertisement
Secara keseluruhan, mobilitas merupakan salah satu tren utama di negara berkembang yang mengalami kenaikan produk domestik bruto (PDB) per kapita. Sejauhini, China masih menjadi pasar mobil terbesar di dunia dengan tingkat pembelian naik 13 persen per tahun sejak 2010.
Dalam survei yang melibatkan 9 negara berkembang ini, China memang selalu tercatat sebagai pasar mobil tertinggi dibandingkan negara berkembang lain. Sementara Turki mencatatkan pertumbuhan kepemilikan mobil yang tumbuh cukup besar yaitu enam persen.
"Ini menunjukkan potensi besar penjualan mobil di pasar negara berkembang," terangnya.
Meski begitu, pertumbuhan pasar mobil di negara-negara berkembang tidak terlepas dari perkembangan peraturan tentang pembatasan polusi, efisiensi energi, serta persyaratan keamanan. Sebagai contoh, target polusi CO2 di China untuk 2020 berkurang 32 persen dari 2013.
Kondisi tersebut menuntut tingginya perkembangan teknologi suku cadang kendaraan dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Sekadar informasi, CSRI melakukan wawancara tatap muka terhadap hampir 16.000 konsumen di sembilan negara, yaitu Brazil, Tiongkok, India, Indonesia, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, dan Turki. Laporan ini menganalisis negara dan konsumen yang paling rentan terhadap gejolak harga komoditas dan kurs mata uang. (Sis/Ndw)