Ekspor Bunga Global Tembus Rp 263 Triliun di Hari Valentine

Di hari kasih sayang tersebut harga bunga melambung cukup tinggi.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 14 Feb 2015, 12:30 WIB
Foto: The Guardian

Liputan6.com, Jakarta - Hari Valentine seringkali disebut sebagai hari terbesar bagi industri bunga global. Pasalnya, di hari tersebut dunia menjadi sangat romantis di mana banyak pasangan memilih membeli bunga sebagai wujud kasih sayang.

Tak heran, di hari kasih sayang tersebut harga bunga melambung cukup tinggi.

Bahkan mengacu pada laporan Rabobank, seperti dikutip dari Money Control, Sabtu (14/2/2015), ekspor bunga di seluruh dunia mencapai US$ 20,6 miliar atau Rp 263,6 triliun setiap tahunnya hingga tahun lalu.

Menurut laporan tersebut, terjadi sedikit penurunan dari angka US$ 21,1 miliar pada 2011. (Kurs: Rp 12.797/US$).

Menurut National Retail Federation, penduduk Amerika Serikat sendiri dapat menghabiskan uang hingga US$ 2,1 miliar untuk bunga tahun ini. Tahun lalu, hari Valentine bahkan menjadi hari di mana tingkat pembelian bunga segar mencapai puncaknya.

Mawar merah biasanya menjadi salah satu bunga paling dicari di dunia untuk mengungkapkan rasa sayang di hari Valentine. Tapi permintaan utnuk bunga lain seperti lili dan tulip juga tak kalah tinggi.

"Bunga memang produk global. Setiap hari Valentine, terdapat jaringan besar dari seluruh dunia, mulai dari petani bunga, pengirim, hingga rileter, semua bagian transportasi juga ikut terlibat menghadapi hari ini," terang ekonom di George Mason University, Alex Tabarrok.

Sejauh ini, Belanja masih menjadi eksportir bunga terbesar di dunia. Pasokannya mampu mengisi total kebutuhan 52 persen bunga di seluruh dunia saat hari Valentine datang. (Sis/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya