Liputan6.com, Kairo - Di sebuah pedalaman dekat Sungai Nil, Mesir, terdapat 'Valley of the Kings' atau Lembah Para Raja. Di sana, jasad para Raja Mesir bersemayam. Salah satunya Firaun Tutankhamun. Pada tanggal 23 Februari 1923, untuk yang kali pertama, makam Raja bernama lengkap Nebkheperure Tutankhamun itu dibongkar.
Awalnya, pada 1907, ahli sejarah dan arkeolog Earl Carnarvon, Lord George Edward Stanhope Molyneux Herbert meminta bantuan arkeolog Inggris Howard Carter untuk mengawasi ekskavasi atau lokasi penggalian di Valley of the Kings.
Setelah melakukan eksplorasi mendalam, pada 4 November 1922, Carter dan timnya menemukan tangga yang ternyata mengarah pada makam Tutankhamun. Namun jalan tak semudah itu. Mereka butuh beberapa bulan untuk memetakan ruang depan.
Tim eksplorasi itu menemukan barang kuno di setiap ruang menuju makam Tutankhamun, sehingga mereka harus berhati-hati melintasi agar barang tidak rusak.
Februari tahun berikutnya, atau 1923, tim akhirnya berhasil membongkar makam Tutankhamun. Mereka membuka kamar makam dan menemukan sarkofagus berlapis emas dan timbunan harta karun. Wajah mumi sang Raja pun dilapisi emas.
"Saat hendak masuk ruangan berisi mumi firaun, saya harus perlahan membuka palang kayu di atas pintu. Aku juga membuka perekat dan batu kecil di depan pintu," ungkap Howard Carter, seperti Liputan6.com kutip dari Eyewitnesstohistory.com, Senin (15/2/2015).
"Saat membuka pintu (ruang firaun), saya melihat pemandangan yang sungguh menakjubkan," imbuh dia.
Tentu saja, temuan-temuan tersebut sangat lah berharga. Akan tetapi, kutukan itu konon bakal menimpa mereka yang berani mengganggu makam Tutankhamun.
Memang diketahui sejumlah orang terkait pembukaan makam tersebut satu per satu meninggal dunia dengan penyebab yang misterius. Orang-orang itu yakni dari seorang penjaga keamanan hingga arkeolog.
Salah satu yang tewas adalah Lord George Herbert yang mendanai proyek arkeologi itu. Ia meninggal pada 25 Maret 1923, setahun setelah makam Tutankhamun dibuka.
"Banyak orang menyebut, kematiannya misterius. Tapi kemudian fakta menunjukkan bahwa ia menderita sakit sebelum tiba di Kairo. Ia meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan nyamuk," demikian yang dimuat LiveScience.
Ilustrasi sosok Firaun Tutankhamun (Al-Arabiya)
Advertisement
Namun, Howard Carter, arkeolog yang membuka langsung kamar makam itu justru masih hidup hingga 1939, 16 tahun setelah ia menemukan kuburan Tut. Ia meninggal pada usia 64 tahun akibat kanker.
Ide bahwa ia korban kutukan dicetuskan tokoh terkenal, penulis novel Sherlock Holmes, Sir Arthur Conan Doyle. Juga dari Carter sendiri, untuk menjauhkan orang-orang dari temuan berharganya kala itu.
Berdasarkan hasil 'otopsi virtual' baru-baru ini, Firaun Tutankhamun diduga bergigi kelinci, memiliki posisi kaki yang bengkok ke bawah dan memutar ke dalam (clubfoot), dengan pinggul besar mirip perempuan.
Temuan kondisi fisik Firaun dengan cara melakukan lebih dari 2.000 pemindaian komputer secara tandem dengan analisis genetik keluarga tersebut mendukung bukti bahwa orangtuanya adalah kakak-beradik. Dengan kata lain, ayah ibunya adalah saudara kandung. (Riz/Rmn)