Liputan6.com, Jakarta - Turunnya harga minyak membuat PT Pertamina (Persero) menunda beberapa proyek. Salah satunya pembangunan Pertamina Energy Tower setinggi 530 meter yang diklaim bakal menjadi gedung tertinggi di Indonesia.
Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, merosotnya harga minyak dunia membuat Pertamina lebih selektif menjalankan proyeknya dengan menunda investasi yang tidak terkait dengan efisiensi perusahaan seperti pembangunan Pertamina Energy Tower.
"Intinya kita memang menunda investasi-investasi yang mungkin kurang terkait upaya untuk tingkatkan efisiensi misalnya Pertamina Tower. Kami fokus dulu di yang penting," kata Dwi di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (16/2/2015).
Direktrur Keuangan Pertamina Arif Budiman mengungkapkan, saat kondisi harga minyak melemah kebanyakan perusahaan minyak memangkas belanja modalnya (capital expediture/capex) mencapai 25 sampai 30 persen.
Advertisement
"Tahun ini capex Pertamina mencapai US$ 4,4 miliar," terangnya.
Menurut Arif, saat harga minyak sedang rendah sehinggaperseroan harus efisien mengeluarkan uangnya. Tahun ini Pertamina fokus pengembangan proyek hulu dan hilir.
"Lebanyakan dari investasi yang belum rasional, seperti tower. Ada juga lihat prioritas sisi harga minyak yang belum optimal belum maju. Di luar itu juga yang lebih penting bukan pemangkasan belanja modal tapi efisiensi turunkan sebagian biaya operasional," pungkasnya. (Pew/Ndw)