Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menegaskan ancaman boikot Australia terhadap Bali tidak akan mengganggu ekonomi Indonesia. Lantaran Australia dan Indonesia saling membutuhkan di bidang pariwisata, perdagangan sampai pendidikan.
Hal ini dikatakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (18/2/2015). "Tidak lah (mengganggu perekonomian Indonesia). Mereka punya kepentingan kepada kita, turis Australia perlu Bali," ungkap dia.
Advertisement
Di sisi perdagangan, sambung Sofyan, Indonesia dan Australia menjalin kerjasama untuk meningkatkan neraca perdagangan masing-masing negara. Salah satunya untuk komoditas daging sapi. Selama ini, Indonesia merupakan satu dari banyak negara yang menjadi tujuan utama Australia mengekspor daging sapi.
"Mereka perlu ekspor daging sapi, dan kita perlu impor dagingnya dari Australia. Mahasiswa Indonesia pun perlu sekolah ke Australia. Jadi sebenarnya tidak ada masalah, tapi namanya pemerintah perlu melindungi warga negaranya," terang dia.
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan izin impor 100 ribu ekor sapi dari Australia selama kuartal I 2015. Manajer Operasi Frontier International Ashley James mengatakan, para eksportir Australia berharap dapat mengekspor lebih ke Indonesia. Dengan izin impor 100 ribu ekor sapi tersebut memang bukan kabar baik yang dibayangkan. Para eksportir Australia mengharapkan dapat mengirim 150 ribu-160 ribu ekor sapi ke Indonesia.
Saat ditanyakan apakah Indonesia harus membalas dendam atas boikot tersebut, Sofyan hanya terkekeh. "Apanya yang perlu dibalas?," cetusnya.
Seperti diketahui, pemerintah Australia melontarkan pernyataan bernada ancaman untuk memboikot Indonesia atas keputusan hukuman mati terhadap dua gembong narkoba "Bali Nine" asal Negeri Kanguru tersebut. (Fik/Ahm)