Liputan6.com, Jakarta - PT Asuransi Adira Dinamika (Adira Insurance) memiliki mimpi untuk menjadi pelaku industri asuransi yang menganut sistem Teknologi Informasi (TI).
Dengan sistem TI tersebut, saat ini perusahaan telah meluncurkan layanan pendaftaran premi asuransi melalui online tanpa harus mengisi berbagai kertas formulir layaknya pendaftaran premi asuransi biasanya.
Advertisement
CEO Adira Insurance, Indra Baruna mengungkapkan, hal itu menjadi salah satu program utama sekaligus keunggulan perusahaan dalam memudahkan masyarakat untuk memiliki polis asuransi.
"Ini bagian dari tahun lalu, kami berpikir bagaimana menjual premi itu seperti jual pisang goreng, karena biasanya orang mau ikut asuransi itu menemui kerumitan. Kami ini bisa simpel," papar Indra di Jakarta, Rabu (18/2/2015).
Dengan berbagai cara yang telah dilakukan, Adira Insurance mencatat pertumbuhan premi asuransi bruto sebesar 19 persen atau menjadi Rp 2,28 triliun hingga akhir 2014.
Indra mengaku, perolehan premi itu menjadi catatan kinerja tersendiri bagi perusahaan. Premi tembus di atas Rp 2 triliun menjadi yang pertama kali sepanjang sejarah berdirinya perusahaan.
Tidak puas dengan kinerja tersebut, dengan inovasi yang akan terus dimunculkan oleh perusahaan, Indra bermimpi, setiap satu rumah tangga memiliki polis asuransi di Adira Insurance.
"Saat ini kami berhasil memiliki polis hidup itu sebanyak 9 juta polis, ini memang masih jauh di bawah jumlah rumah tangga di Indonesia yang mungkin ada 50 juta, tapi pertumbuhan kami sampai saat ini sudah luar biasa," ungkap Indra.
Peningkatan pendapatan premi bruto yang sebesar Rp 2,28 triliun itu berasal dari pertumbuhan premi non kendaraan bermotor yaitu berasal dari produk asuransi kesehatan Medicillin yang tumbuh menjadi Rp 333 miliar.
Selain dari produk asuransi kesehatan, tak dapat dipungkiri pertumbuhan kinerja keuangan Adira Insurance selama 2014 juga ditopang dari produk asuransi kendaraan bermotor yang merupakan produksi asuransi unggulan.
Produk asuransi mobil dan motor mampu menyumbang sebesar 56 persen dari total pendapatan premi atau sekitar Rp 1,12 triliun.
Pada 2015, perusahaan masih akan konsentrasi untuk melakukan penetrasi pasar di sektor asuransi kesehatan mengingat diperkirakan pertumbuhan asuransi kendaraan masih akan moderat seiring dengan pertumbuhan industri otomotif itu sendiri. (Yas/Ahm)