Guru Besar UI: Indonesia Bisa Balas dengan Usir Dubes Brasil

Sikap Brasil ini bisa membuat hubungan dengan Indonesia menjadi lebih buruk sejak eksekusi mati terhadap Marco Archer Cardoso Moreira.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 21 Feb 2015, 11:35 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Brasil Dilma Rousseff ketika akan menerima surat kepercayaan (credential) dari sejumlah Dubes negara sahabatnya, termasuk Indonesia, tiba-tiba meminta Dubes Toto Riyanto untuk tidak turut dalam rombongan tersebut.

Padahal Dubes Toto secara resmi jauh-jauh hari telah mendapat undangan dan telah berada di Istana di Brasil. Pemberitahuan dari pihak Kemlu Brasil dilakukan tanpa memberi alasan.

Menurut Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana, sikap Brasil ini bisa membuat hubungan dengan Indonesia menjadi lebih buruk sejak eksekusi mati terhadap Marco Archer Cardoso Moreira pada 18 Januari 2015.

"Tindakan Brasil ini berisiko memperburuk hubungan antara 2 negara yang telah lama terjalin dan saling menguntungkan," ujar Hikmahanto dalam keterangan tertulis yang diterima  Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (21/2/2015).

Atas perlakuan pemerintah Brasil terhadap Dubes Toto, Menlu RI Retno LP Marsudi telah memanggilnya pulang ke Indonesia untuk berkonsultasi. Pada saat yang bersamaan Kemlu juga telah melayangkan nota protes diplomatik.

"Tindakan Kemlu telah benar. Indonesia tentu tidak bisa menerima perlakuan dari pemerintah Brasil," kata Hikmahanto.

Meski tidak disampaikan alasan, kata Hikmahanto, dugaan kuat karena protes pemerintah Brasil atas 1 warganya yang telah dihukum mati dan 1 lagi yang akan menjalani hukuman mati.

"Pemerintah Brasil telah memulai tindakan untuk memperburuk hubungan dengan Indonesia semata karena melakukan perlindungan yang berlebihan atas warganya yang melakukan kejahatan yang serius," ujar dia.

Usir Dubes Brasil?

Menurut Hikmahanto, sebagai tindakan balasan, "Indonesia juga dapat melakukan tindakan persona non grata atau pengusiran terhadap 1 atau beberapa diplomat Brasil yang sedang bertugas di Indonesia."

Namun demikian, menurut dia, hal tersebut belum perlu dilakukan saat sekarang karena pemerintah Indonesia harus berpikiran jernih. Pemerintah Indonesia masih berada tahap memahami kemarahan berlanjut dari pemerintah Brasil.

Kata Hikmahanto, Brasil harus berpikir 2 kali bila hendak meneruskan protes dan kemarahannya.  Mereka harus berpikir apakah sebanding 'merusak' hubungan baik kedua negara dengan melindungi warganya yang melakukan kejahatan yang sangat serius di Indonesia. Disamping, tindakan Brasil berpotensi mengintervensi kedaulatan hukum Indonesia," ujar dia.

"Perlakuan Brasil dalam dunia diplomasi sungguh sangat tidak terpuji dan telah melanggar tata krama berdiplomasi," tandas Hikmahanto Juwana.

Presiden Brasil Dilma Rousseff menolak surat kepercayaan Dubes RI untuk sementara. Hal ini terkait dengan eksekusi mati seorang warga Brasil di Indonesia dan rencana hukuman mati warga Brasil yang kedua dalam waktu dekat.

"Kami pikir hal yang penting adalah terjadi perubahan keadaan sehingga kita jelas terkait hubungan Indonesia dengan Brasil," kata Rousseff kepada para wartawan setelah upacara resmi pemerintah di Brasilia, Brasil, seperti dikutip dari BBC.

Namun begitu, Rousseff menegaskan, pihaknya bukan menolak penempatan Dubes Indonesia di negaranya. "Yang kami lakukan adalah sedikit memperlambat penerimaan surat kepercayaan, tidak lebih dari itu," ujar dia.

Sementara itu, Dubes Indonesia untuk Brasil, Toto Riyanto dikabarkan tetap hadir pada acara penyerahan surat kepercayaan bersama-sama dengan diplomat yang baru ditunjuk dari Venezuela, El Salvador, Panama, Senegal dan Yunani, pada Jumat pagi waktu setempat. (Riz/Mvi)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya