Komisi IX DPR Turunkan Tim Tindaklanjuti Kasus Tertukarnya Obat

Anggota Komisi IX DPR-RI menurunkan tim untuk menindaklanjuti dugaan tertukarnya isi obat anestesi Buvanest Spinal dengan asam traneksamat

oleh Liputan6 diperbarui 21 Feb 2015, 14:00 WIB
Ilustrasi Suntik

Liputan6.com, Jakarta Anggota Komisi IX DPR-RI menurunkan tim untuk menindaklanjuti dugaan tertukarnya isi obat anestesi Buvanest Spinal dengan asam traneksamat produksi PT Kalbe Farma di Rumah Sakit Siloam.

"DPR sudah menurunkan dua tim dari Komisi IX untuk menindaklanjuti tertukarnya obat anastesi, Buvanest Spinal yang mengakibatkan dua pasien meninggal dunia, ke PT Kalbe Farma dan RS Siloam," kata anggota Komisi IX DPR-RI, Alex Indra Lukman saat dihubungi Jumat.

Ia menjelaskan, dari alasan yang disampaikan Kalbe Farma kepada DPR dan Komisi IX bahwa peristiwa meninggalnya dua pasien itu diduga akibat salah pada penempelan label atau pengisian ampul.

"Alasan ini agak tak masuk akal dengan pengalaman Kalbe Farma yang begitu panjang di bisnis farmasi," ungkapnya. Alasan tidak masuk akal yang dikemukakan itu, kata dia, berdasarkan kejadiannya hanya di satu RS, makanya perlu ditelusuri lebih jauh.

"Apa bila kasus yang sama terjadi pada RS lain, tentu lain ceritanya," jelasnya.

Ia mengatakan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah membekukan sementara izin produksi dan edar Buvanest Spinal, menyusul meninggalnya dua pasien di Rumah Sakit Siloam akibat obat anestesi itu.

"Ampul Buvanest yang seharusnya berisi Bupivacanie untuk anestesi justru berisi asam traneksamat, bahan baku obat injeksi penghenti atau mengurangi perdarahan," katanya.

Ia menjelaskan, BPOM telah menginstruksikan sejumlah hal kepada perusahaan farmasi tersebut. Pertama, Kalbe Farma diinstruksikan menarik seluruh produk produk Buvanest Spinal.

Kedua, karena izin edar dicabut dengan sendirinya produksi juga dihentikan. Ketiga, Badan POM membekukan izin peredaran kedua produk obat tersebut.

"Selain itu, Badan POM juga mengirimkan surat edaran ke rumah sakit di seluruh Indonesia, dan kolegium dokter spesialis anestesi agar tidak menggunakan kedua obat tersebut," katanya.

Kasus meninggalnya dua pasien di RS Siloam sendiri terjadi diduga karena pemberian Buvanest Spinal yang label kemasan dan isinya tertukar dengan asam traneksamat.

Buvanest Spinal yang diberikan dokter kepada pasien ternyata bukan berisi Bupivacaine yang merupakan obat bius, akan tetapi asam traneksamat golongan antifibrinolitik yang bekerja mengurangi pendarahan. Pihak RS Siloam mengaku sudah melakukan tindakan operasi sesuai prosedur.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya