Liputan6.com, Cambridgeshire - Tim arkeolog berhasil mengungkap jati diri keluarga yang menuliskan grafiti "memilukan" pada 1515 di dinding sebuah gereja di Cambridgeshire, Inggris. Isi tulisan di tembok itu menceritakan sebuah keluarga yang kehilangan 3 anak perempuannya akibat wabah pes pada 1515.
Nama Cateryn, Jane dan Amee Maddyngley, berikut tanggal kematiannya akibat wabah pes itu terpahat pada sebuah batu di gereja Paroki Kingston.
Pahatan tulisan ini ditemukan oleh tim survei relawan Norfolk and Suffolk Medieval Graffiti. Grafiti berisi pesan "kehilangan" ini ditemukan di balik dinding dekat pintu masuk gereja All Saints and St Andrew.
Arkeolog Matt Champion mengatakan, isi pesan grafiti itu menggambarkan "kepiluan sebuah keluarga akibat kehilangan anak-anaknya akibat wabah."
Berdasarkan pelacakan tim arkeolog, keluarga malang itu tinggal di Kingston, di pinggiran Cambridge, Inggris yang dikenal sebagai petani. Status petani itu, menurut tim peneliti, menyebabkan catatan mereka "jarang muncul dalam catatan paroki."
Matt Champion meyakini Cateryn, Jane dan Amee masih kanak-kanak, karena nama mereka tidak ditemukan catatan sensus orang dewasa di salah satu gereja setempat.
Pada 1515, terjadi wabah penyakit pes di London yang tersebar hingga ke wilayah Inggris lainnya. Pada saat wabah itu merebak, anak-anak yang meninggal akibat wabah cepat-cepat dikuburkan karena khawatir menyebarkan virus baru.
Survei terhadap isi pesan grafiti mulai digelar pada 2010 dan merupakan upaya pertama untuk meneliti grafiti di gereja-gereja. Relawan menggunakan kamera digital dan lampu terang untuk mengungkap gambar yang sebelumnya tersembunyi atau mengalami kepudaran akibat dimakan waktu.
Tim peneliti mengatakan, mereka telah menemukan grafiti dengan "jumlah yang signifikan" dan lebih dari separuh telah diidentifikasi. Setidaknya 60% dari 650 gereja yang disurvei di wilayah Norfolk, Suffolk dan Essex utara, memiliki grafiti.
Proyek penelitian terhadap isi grafiti di sejumlah gereja di Inggris ini telah mengonfirmasi adanya wabah sampar pada 1349 dan wabah-wabah mematikan berikutnya. Para ahli mengatakan, mereka menuliskan pesan di batu atau dinding yang isinya semacam doa atau keinginan untuk bernazar. (Riz/Rmn)
Advertisement